TEMPO Interaktif: Tujuh pria itu berjajar di panggung. Suara pertama yang keluar adalah solo drum yang dimainkan Agung. Tak berapa lama, ketujuh pria tadi mulai bergabung dalam alunan musik yang lebih layak disebut jam session. Suara-suara berat bass bergabung membentuk harmonisasi indah bersama beat yang tersaji.
Aksi para pemain bass itu berlangsung di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Sabtu malam lalu. Mereka adalah Indro Hardjodikoro, Adi Darmawan, Barry Likumahua, Christian, Tendra Leonard, Ilyas Muhaji, dan Fajar. Selain tampil bertujuh sekaligus, mereka juga bermain secara solo, trio, maupun lengkap, dengan alat musik lain.
Para pendekar bass itu tampil dalam acara yang digelar Dewan Kesenian Jakarta, yakni program musik jazz untuk mengangkat kreativitas musisi. "Ini salah satu upaya kami mendorong penjelajahan khazanah bermusik yang kreatif," kata anggota Komite Musik, Dewan Kesenian Jakarta, Dwiki Darmawan.
Penjelajahan kemampuan bermusik yang inovatif, khususnya bass, itulah yang dikedepankan. Setelah jam session tadi, Fajar tampil solo membawakan karyanya sendiri, Cloudy Butterfly yang lembut dan melodius. Bass bernada rendah menghadirkan string session akustik yang apik melalui teknik fingering.
Pada lagu berikutnya, Woodpacker dan Movieland, Fajar tampil lebih sangar. Ia memadukan teknik slap dan taping dengan tangan yang menjalar liar di fred bass. Walau sempat mati lampu, permainan solo Fajar yang memukau mampu membius penonton. Suara bass tanpa sound system tetap sampai ke kuping penonton yang ditutup dengan tepukan tangan meriah.
Berikutnya tampil trio Tendra, Ilyas, dan Christian. Dengan didampingi drum, mereka memainkan komposisi karya bassis ternama, Marcus Miller, berjudul Tutu. Komposisi yang ditujukan Miller buat sobatnya, Miles Davis, itu menampilkan permainan bass kelas tinggi. Senar bass ketiga berpadu membentuk harmoni indah.
Pada nomor berikutnya yang juga karya Marcus Miller, Panther, permainan ketiga bassis tadi lebih memuncak. Secara bergantian mereka memainkan lead, sedangkan yang lain menjadi latar atau back sound. Bahkan drum Agung juga mendapat porsi bermain solo yang kemudian disahut betotan bass ketiganya.
Selanjutnya Barry tampil bersama grup bandnya yang diperkuat Jonas (drum), Kena (keyboard), dan Denis (saksofon). Corak jazz semi-fusion terasa kental oleh permainan Barry yang membawakan lagu sendiri Godspell. Setelah Barry, Indro tampil ditemani Dwiki memainkan keyboard. Mereka membawakan single Angan yang mampu membius penonton.
Indro, yang juga bassis Tohpati, kemudian tampil duet bersama Adi Darmawan yang kemudian disusul solo Adi. Bassis Simak Dialog ini menampilkan permainan bass kelas wahid yang mampu membuat penonton menahan napas hingga ia menyelesaikan grid-grid-nya. Tangannya menari cepat di fred bass yang kemudian ditutup dengan petikan senar di antara kunci dan head bass.
Menurut Dwiki, apresiasi musik semacam ini perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan. Bass yang selama ini dikenal sebagai root atau pengambil nada rendah dalam sebuah band, mampu menunjukkan diri sebagai alat musik utama malam itu.
Tito Sianipar