TEMPO.CO, Jakarta - Nana Mirdad mengungkapkan kemarahannya atas pemberitaan anak sahabatnya viral di Bali yang dinyatakan kabur sesaat tiba di Denpasar saat dikarantina dengan status Orang dalam Pemantauan (ODP) Corona. Ia pun memberikan kronologi kasus temannya itu di Instagram Storynya pada Rabu, 25 Maret 2020.
“Apakah mereka kabur? Iya. Tapi apakah mereka pasien? Sama sekali bukan,” tulisnya memulai menuliskan kronologi nasib malah yang menimpa sahabatnya itu.
Nana menjelaskan, sahabatnya bernama Tony Rhodes menjemput dua anaknya bernama Isis dan Erica Rhodes pada Senin, 23 Maret 2020 yang baru tiba dari Inggris, negara dengan endemi virus Corona menggunakan pesawat Qatar Airways. Saat datang, keduanya diperiksa temperaturnya dan dinyatakan normal 36,3 celcius.
“Tapi entah kenapa dari 40 penumpang yang di Qatar Airways malam itu, hanya Isis yang dipanggil ke ruang Imigrasi meskipun temperatur normal. Bahkan Erica, kakaknya dibiarkan lepas,” ujar Nana.
Nana Mirdad saat ditemui dalam acara Manuka Health di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018 (ANTARA News/Anggarini Paramita)
Istri Andrew White ini mengatakan, Imigrasi menyatakan Isis harus menjalani tes rapid meskipun tidak memiliki gejala apapun. Persoalan muncul ketika Imigrasi tak memiliki alat tes itu dan mengkarantina Isis hingga alat diperoleh.
“Tony ikut ke tempat karantina karena gak mungkin meninggalkan anak perempuannya yang masih remaja sendirian.” Tapi, Imigrasi mengatakan alat tes baru diperoleh setelah Nyepi.
Merasa dibiarkan di ruang isolasi tanpa alat perlindungan diri, Tony memutuskan membawa anaknya pulang. Menurut Nana, sesamapainya di rumah, bapak anak ini langsung diperiksa kesehatannya. Dokterpun memberikan sertifikat kesehatan untuk Isis yang menyatakan gadis remaja itu sehat.
Tapi kepulangan Tony dan putrinya berbuntut Panjang. “Malah itu rumah Tony didatangi lebih dari seratus orang,” ujar Nana.
Tony berusaha menunjukkan sertifikat kesehatan putrinya tapi ditolak. Mereka dipaksa balik ke karantina dan melewati Nyepi di ruang karantina tanpa pemeriksaan kesehatan.
Yang menyedihkan, kata Nana, foto, video, alamat, hingga nomor ponsel dua orang itu disebar. “Bukankah ini pelanggaran privacy? Sampai saat ini Tony dan isis mendapat Whatsapp dan telepon dari orang tidak dikenal dan mengancam mereka untuk sesuatu yang tidak pantas mereka terima,” kata Nana dengan geram.
Nana mengaku ia dan Andrew amat sedih dengan apa yang dialami sahabatnya ini. Mereka, Nana melanjutkan, diberitakan seolah-olah pasien yang melarikan diri dan pantas diasingkan masyarakat. “Come on guys, kita sedang menghadapi pandemi. Tapi apa kita mau memperlakukan manusia seperti ini?”
Putri sulung Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini pun menyarankan netizen agar bijak menggunakan media sosial dan tidak gampang termakan isu. Ia pun menyarankan Imigrasi untuk mengetahui standar prosedur karantina warga asing yang benar.
“Jika mereka sakit maka petugas berhak menahan. Tapi jika mereka sehat? Pemerintah menyarankan dengan kuat agar mereka melakukan isolasi sendiri,” tuturnya.
Nana pun menyoal soal tes rapid yang dilakukan secara acak. “Kenapa 40 penumpang lainnya tidak dikarantina dan tidak semua dicek temperature di bandara, namun anak perempuan yang tidak menunjukkan gejalaini diambil dan dibawa ke karantina pada saat Nyepi untuk ditahan sampai alat tes datang?”
Celakanya, kata Nana, sahabatnya ini tetap ditahan di karantina tanpa surat-surat resmi, informasi, dokter, ataupun tenaga medis. Mereka dijaga oleh Satpol PP. Dengan menyindir, Nana menulis, :Kita sedang menghadapi pandemik Corona, bukan hidup di zona perang kan?”
Nana juga menunjukkan tempat keduanya dikarantina yakni di kamar mandi yang terlihat kumuh dan toilet duduk. “Mereka diberikan nasi bungkus dan tidak diperkenankan keluar sampai alat tes datang,” ujarnya.