TEMPO Interaktif, Jakarta:Octave tengah duduk mengampar di bawah lantai. Kedua tangannya dipijat,buru-buru. Hanya ada waktu lima menit untuk dia beristirahat. Selebihnya, ia harus naik lagi ke panggung, menghibur para penonton dengan nada-nada riang dari tuts pianonya.
Bukan, ini bukan pertandingan tujuh belasan. Pianis asal Majalengka, Jawa Barat tersebut tengah berusaha memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk bermain Grand Piano selama 14 jam non-stop di Grand Indonesia Jakarta, Sabtu pekan lalu. Rudy bakal tercatat sebagai pianis terlama pertama di Indonesia yang bermain selama 14 jam.
Ketika gerai-gerai mal belum membuka dagangannya, Rudy sudah sibuk dengan pianonya yang seharga Rp 1,8 miliar pukul delapan pagi. Aksi Rudy bakal ditutup pukul sepuluh malam.
Grand piano mewah Steinway & Sons Piano itu mengiringi penampilan banyak artis dan paduan suara. Tak kurang dari 350 lagu dibawakan dan 500 pelaku seni terlibat di atas panggung. “Lagu yang dihadirkan memang yang ringan tapi menghibur,” ujar General manajer Pemasaran Grand Indonesia, Sawitri Setiawan.
Pemecahan rekor dalam rangkaian perayaan Hari Kemerdekaan ini tak hanya menyajikan lagu-lagu modern. Rudy bersama band pengiring, SOL Project, mengawinkan pop, jazz, reggae, bahkan lagu tradisional, dan gambus milik Debu.
Selain Debu, Rudy juga mengiringi beberapa artis seperti Hedi Yunus, Devian, Pasto, dan Vicky Sianipar. Rudy mengiringi dua tembang andalan yang didendangkan Hedi, yaitu Suratku dan Maafkanlah. “Usaha seperti ini patut diberi perhatian yang positif, “ ujar Hedi usai manggung. Sebelumnya, Hedi juga pernah mengiringi pemecahan rekor MURI bersama penggebuk drum kawakan Jelly Tobing pada 1990 silam.
“Penuh perjuangan sekali,” ujar Rudy ketika ia dipijit kilat. Namun nampaknya ia telah siap bertempur. Buktinya, Rudy sudah melakukan dua bulan persiapan sebelumnya. Lima hari sebelumnya, pianis berusia 37 tahun itu sudah melakukan uji coba selama 15 jam. “Dari pagi sampai sekarang (sekitar pukul tiga sore), aku baru ke toilet dua kali,” ujar Rudy.
Tak hanya Rudy yang butuh banyak perjuangan. Beberapa penampil seperti paduan suara Universitas Pancasila pun harus mengalahkan gagahnya suara angin dan kendaraan. Panggung yang dibuat di bawah jembatan penghubung mal Grand Indonesia ini memang lumayan bising. Karena biasanya tempat ini dipakai sebagai jalur keluar masuk mobil. “Meski begitu, tempat inilah yang paling besar dan bisa menarik perhatian, ketimbang di dalam mall,” ujar Sawitri.
Selain pemecahan rekor, Ada serangkaian acara digelar. Dinataranya Exobatika (2-17 Agustus) yang menampilkan rancangan batik keluaran Ramli, Anne Avantine, Appips batik, dan Karmanita. Juga ada kajian antropologi bertajuk 'Cerita Dari Ladang' Exhibition (19-24 Agustus). Sebuah acara yang menyuguhkan tarian-tarian rakyat yang menjadi ritual sebelum menanam padi atau setelah panen. Lalu kemudian diperbincangkan dalam lingkup kajian antropologi. “Ada dari Badui, Dayak, Papua, dan Aceh,” ujar Sawitri.
Aguslia Hidayah