TEMPO Interaktif: Seorang guru muda bernama Salma (diperankan oleh Noviyanti Pasaribu) ditugasi ke desa terpencil, Tamkesi, di Nusa Tenggara Timur. Salma, yang berkulit putih dan berambut lurus, merupakan "barang langka" bagi anak-anak Nusa Tenggara, sebagaimana barang-barang lainnya, seperti telepon seluler dan kosmetik. Segala perbedaan yang sempat dikhawatirkan Salma tidak terbukti. Ia dapat bergaul dengan lincah bersama anak-anak didiknya.
Plot cerita itu terdapat dalam film terbaru produksi Trans-7 berjudul Pahlawanku. Film berdurasi 60 menit itu ditayangkan pada 17 Agustus malam dan 18 Agustus pukul 10 pagi. Drama Salma dan anak-anak muridnya itu menjadi sajian utama, yang dibalut dengan pemandangan alam Nusa Tenggara yang indah.
Film yang ditayangkan perdana pada program baru bernama Kisah Anak Nusantara ini berawal dari liputan tim Bocah Petualang. Mereka mendapati kenyataan bahwa Desa Tamkesi tak pernah disentuh penjajah Belanda. Kehidupan penduduknya juga keras. Buktinya, di sana hanya ada satu mata air dan anak-anak harus berjalan kaki menyusuri bukit selama satu jam untuk sampai ke sekolah.
Dengan latar yang demikian natural, Trans-7 kemudian memutuskan memproduksi film dokumenter ini. "Kami ingin membuat tontonan yang mendidik. Jarang ada film anak yang berkisah tentang pahlawan," ujar produser Gatut Mukti. Konsep pahlawan itulah yang utama disajikan.
Ceritanya, Salma mengajarkan lakon drama tentang Pangeran Diponegoro, yang akan dipentaskan dalam rangka Hari Kemerdekaan. Itu juga merupakan hal langka bagi anak Nusa. "Kalau pahlawan dari timur, siapa, Bu Guru?" ujar Yanto (Yantonius Usboko)--pertanyaan yang tak bisa dijawab Salma. Menurut Gatut, karena tidak pernah dijajah, Tamkesi tidak mengenal konsep pahlawan kemerdekaan.
Baca Juga:
Film yang diproduksi selama dua minggu pada Juni 2008 ini boleh dibilang menarik karena mengetengahkan kehidupan anak-anak yang bersinggungan dengan kepahlawanan. "Tak seperti film anak lain yang hanya berisi kehidupan sehari-hari dan keriangan," Gatut menambahkan.
Film ini menambah panjang deretan tayangan stasiun televisi itu yang ditujukan bagi anak-anak setelah Laptop Si Unyil dan Bocah Petualang.
Toto Sianipar