BUANG jauh-jauh citra badut konyol yang selama ini menjadi identitas The Joker. Ia bukan lagi pelawak yang diperankan Cesar Romero yang tertawa melengking. Bukan pula badut yang diperankan Jack Nicholson yang tersenyum mesum.
Dalam film The Dark Knight, wajah pucat The Joker bukan rusak karena tercebur ke dalam cairan kimia. Tokoh Joker, yang kini dirancang sutradara Christopher Nolan, merias wajahnya untuk mengintimidasi lawan bicaranya. Ia membedaki wajah tirusnya dan memberikan maskara di sekujur kelopak matanya.
Citra pria bersetelan ungu ini semakin mengerikan dengan parut di kedua pipinya. Luka yang terus meradang itu membuat senyum mulut Joker seolah-olah menyambung dari satu telinga ke telinga satunya. Gincu yang menutupi busuk lukanya membuat senyumnya kian tak enak dilihat.
Selain citranya berubah, karakter The Joker, diperankan (almarhum) Heath Andrew Ledger, dikembali-kan menjadi pelaku kejahatan yang mula-mula yang diciptakan oleh Bob Kane. Karakter The Joker berubah menjadi badut konyol setelah disensor oleh Comics Code Authority—semacam lembaga sensor komik—pada 1950-an. Sang kriminal yang berjuluk Clown Prince of Crime itu kini kembali melontarkan gurauan yang sama sekali tidak lucu, ucapannya berbelit-belit sehingga sulit dimengerti, dan membantai tanpa rasa penyesalan.
”The Joker adalah psikopat, pembunuh massal, penderita schizophrenic, dan orang yang tak berperasaan,” demikian Ledger mengurai karakter yang diperankannya. Saat berusaha menjiwai lakon kriminal yang tak waras ini, Ledger dipaksa menguras seluruh kemampuan yang dimilikinya. Ia mengurung diri dalam sebuah kamar hotel selama sebulan penuh untuk mematangkan bahasa tubuh, cara bicara, dan kondisi kejiwaan sang badut.
Untuk mengerti benak Joker yang menurut ucapan Batman, ”Kewarasan yang dimengerti hanya oleh dirinya sendiri,” mau tak mau Ledger harus membaca komik-komik yang menjadikan si pelawak sebagai tokoh penting. Komik Batman: The Killing Joke dan Arkham Asylum: A Serious House on Serious Earth menjadi panduan yang dipakai almarhum. The Killing Joke menguak salah satu cerita tentang asal usul The Joker: seorang standing comedian yang kehilangan kewarasannya dan kemudian terjerumus ke dunia kriminal. Sedangkan Arkham Asylum menceritakan aksi The Joker memimpin kerusuhan di sebuah rumah sakit jiwa.
Heath Ledger juga menjadikan film Batman Begins sebagai panduan, agar tokoh yang diperankannya dalam The Dark Knight selaras dengan nuansa gelap yang ditampilkan prekuelnya.
Selain film dan sejumlah komik Batman, Ledger menyertakan seseorang di dunia nyata sebagai panduannya dalam memerankan tingkah liar Joker: Sid Vicious. Teknik ini mirip dengan cara Johnny Depp—aktor yang juga piawai memainkan peran-peran sinting—yang mengambil Keith Richards sebagai pribadi yang dijadikan acuan perannya dalam Pirates of the Caribbean. Sayangnya, Ledger juga mengalami nasib yang mirip dengan Vicious, yang meregang nyawa akibat overdosis obat bius: ia tewas karena kelebihan meminum obat tidur yang diresepkan dokter setelah kelelahan memerankan The Joker.
Hasil kerja keras Ledger bisa kita tonton di film Batman terbaru berjudul The Dark Knight, yang kini diputar di Indonesia. Heath Ledger berhasil membuat penonton membuang muka dari layar bioskop ketika The Joker menjambak rambut dan menghantamkan wajah seorang kriminal ke sebatang pensil yang menancap di meja. Kita menahan napas saat Joker siap merobek mulut lawan bicaranya. Pemuja Batman menutup telinganya mendengar gelak tawa liar si pelawak anarkis. Namun, setelah tontonan usai, sang pemeran Joker ternyata terasa membekas.
Sulit membandingkan dua pemeran Joker sebelumnya dengan Joker yang diperankan Ledger. Pada 1989, Jack Nicholson, yang memerankan Joker dalam film Batman arahan Tim Burton, masih melakonkan Joker yang konyol dan menggelikan. Apakah Anda ingat saat tokoh pelawak gila itu berusaha menembak jatuh Batwing—nama pesawat yang dikendarai Batman—menggunakan revolver yang panjang larasnya kira-kira sama dengan panjang celana yang dikenakannya? Ingatkah Anda rias wajah Nicholson yang terus-menerus nyengir karena keterbatasan teknik tata rias?
Perhatikan Joker yang muncul dalam serial televisi Batman pada 1960-an. Coba Anda tonton lagi serial tersebut saat Joker muncul. Bila Anda perhatikan, di atas bibir merah sang pelawak terdapat nuansa gelap. Cesar Romero, sang pemeran, menolak mencukur kumisnya ketika memerankan sang penjahat. Hasilnya seperti yang Anda lihat sendiri.
Melihat betapa liar tingkah dan terganggunya jiwa Joker, tak mengherankan bila tak banyak aktor yang cocok memerankan tokoh The Joker. Romero tak pernah pas memerankan sang pelawak karena tetap nekat mempertahankan kegagahan kumisnya. Perawakan Nicholson tetap terlalu tambun untuk melakonkan Joker yang langsing. Heath Ledger adalah aktor yang memerankannya dengan tepat. Dan itulah persembahannya yang terakhir untuk kita.