TEMPO.CO, Yogyakarta - Film Gundala karya Joko Anwar menjadi pembuka film dalam program JAFF Indonesia Screen Awards di perhelatan Jogja-NETPAC Asian Film Festival atau JAFF 2019. Film yang diadaptasi dari tokoh komik ciptaan Hasmi itu muncul pertama kali dalam bentuk komik Gundala Putra Petir pada 1969. Gundala menjadi film pertama dari Jagat Sinema Bumi Langit alias Bumi Langit Cinematic Universe (BCU).
Sebelum ditayangkan di JAFF 2019, Gundala diputar secara reguler dan sempat diputar secara perdana di kancah internasional di Toronto International Film Festival. Film ini banyak mendapatkan apresiasi dari para kritikus film hingga festival film internasional.
Pemutaran Gundala 2019 dihadiri oleh 197 orang dan ditutup dengan sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab diisi oleh sutradara Joko Anwar, sinematografer Ical Tanjung, dan Marissa Anita sebagai pemeran ibu Sancaka. Dalam membuat Gundala, Joko Anwar mengatakan coba membuat film pahlawan super yang berbeda dari biasanya.
"Saya membuat Gundala sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, secara relevan. Banyak yang mengeluh dengan pace dan editing yang cepat. Tetapi sesuai latarnya, Jakarta juga begitu cepat arus kehidupannya. Saya mengaplikasikan itu ke dalam Gundala," ujar Joko Anwar di Empire XXI Yogyakarta, Rabu 20 November 2019.
Gundala
Atas film yang dibuatnya, Joko menyentil mungkin di dunia nyata hampir belum ada orang yang seperti Ridwan Bahri (tokoh yang diperankan Lukman Sardi), politikus yang begitu berpihak kepada rakyatnya. "Memang belum ada, salah satu pesan dalam film ini, semoga kelak ada orang yang seperti itu," ujarnya.
Ical Tanjung berbagi tentang proses pengambilan gambar Gundala. "Ada beberapa fase perkembangan dari Sancaka kecil hingga saat dewasa menjadi Gundala. Dari warna hingga emosi setiap shot-nya akan berbeda sesuai itu," ungkapnya.
Adapun Marissa Anita bercerita berbagi kisah totalitas perannya dalam film itu. "Saya sangat merasa terbantu dalam mendalami karakter ibu Sancaka. Joko Anwar membuat setting tempat senatural mungkin. Misalnya ketika mencari bapak (Rio Dewanto) di pabrik. Itu benar-benar panas dan gersang tempatnya, saya bisa langsung berakting gelisah secara total," ujarnya.
Film Gundala bersama lima film lain akan bersaing memperebutkan beberapa penghargaan dalam program JAFF ISA. Mulai dari kategori film terbaik, sutradara terbaik, penulis naskah terbaik, pemeran terbaik, dan sinematografi terbaik.
Sutradara Joko Anwar bersama sejumlah pemeran film saat menunjukkan poster film Gundala di Jakarta, 28 Mei 2019. Film Gundala merupakan film Jagoan Indonesia yang diadaptasi dari komik Gundala dengan sensibiltas jaman sekarang arahan sutradara Joko Anwar. Tempo/Nurdiansah
Program JAFF ISA merupakan kompetisi film yang paling muda dibandingkan dengan program kompetisi lainnya. Setelah bertransformasi dari program sebelumnya, yaitu The Faces of Indonesian Cinema Today, agenda ini terus menjaga konsistensinya untuk mencatat perkembangan sinema Indonesia dengan perspektif yang berbeda.
Film-film dari JAFF ISA akan dibaca dan dinilai oleh jajaran juri yang merupakan pelaku dan pengamat film dari luar Indonesia. Mereka dianggap memiliki perhatian khusus pada perkembangan sinema Indonesia. Juri JAFF ISA, antara lain, Wang Fang (programmer Shanghai International Film Festival dan pendiri Institute of World Film di Shanghai Normal University), David Hanan (peneliti film dan penggagas Jurusan Studi Film Monash University), dan Park Sun Young (peneliti dan programmer Busan International Film Festival). Malam penganugerahan kepada para pemenang penghargaan JAFF ISA akan diadakan pada Sabtu, 23 November 2019.