TEMPO.CO, Jakarta - Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho diprediksi memenangkan kategori Film Terbaik Festival Film Indonesia 2019. "Nominasi terbaik dari semua elemen itu film Kucumbu Tubuh Indahku, tahun ini aku menjagokan film itu," ujar sutradara Joko Anwar di Plaza Indonesia, Selasa, 12 November 2019.
Kucumbu Tubuh Indahku sebelumnya sudah banyak menyabet penghargaan dan menjadi nominasi dari berbagai festival film nasional dan internasional. Film ini tayang di bioskop pada 18 April 2019.
Film Kucumbu Tubuh Indahku pertama kali ditayangkan di Festival Film Internasional Venesia ke-75 dan kemudian ditayangkan di Festival Tiga Benua Nantes. Berbagai penghargaan juga disabet oleh film ini, seperti Festival Film Tempo, Venice Independent Film Critic, Festival Des 3 Continents, dan Asia Pasific Screen Awards.
Selain itu, film yang mengangkat kisah penari lengger ini, juga mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi Oscar 2020 atau Academy Award ke-92 di Amerika Serikat. Kucumbu Tubuh Indahku didaftarkan untuk kategori Oscar International Feature Film Award.
Kucumbu Tubuh Indahku juga masuk dalam beberapa kategori nominasi di FFI 2019, setidaknya ada 12 kategori yaitu Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyuting Gambar Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Musik Terbaik, Penata Busana Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Walau banyak meraih kesuksesan, film ini juga sempat mendapatkan beberapa penolakan dari kepala daerah dan organisasi masyarakat. Garin pun membuka ruang untuk berdiskusi tentang tema gender yang ia angkat dalam film ini.
Terkadang, ada saja orang bebal yang melakukan penolakan dengan membabi buta. Garin pun tak segan-segan untuk melawannya. Garin pun melawan ketika filmnya diminta untuk tidak diputar, ia menolak keras lantaran film tersebut sudah lulus sensor.
Walaupun didatangi kelompok masyarakat yang membawa bendera di depan pintu masuk pertunjukan, Garin tidak gentar. Ia tetap melanjutkan untuk memutar film yang dianggap kontroversial ini. "Saya tetap memutuskan memutar sebagai hak hukum dan demokrasi saya," kata Garin.