TEMPO.CO, Jakarta - Karya animasi berjudul Kwan, Bad Hair dan Cultural Soul memenangkan lomba dalam Festival Animasi Cikini atau Animakini 2019. Karya mereka memenuhi penilaian juri dalam mengeksplorasi cerita Nusantara.
Animakini digelar bersamaan dengan Ciffest di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada Kamis, 18 September 2019. Kwan merupakan karya Stevany, mahasiswa Universitas Bina Nusantara untuk kategori tiga dimensi. Untuk kategori animasi dua dimensi dimenangkan oleh mahasiswa ISI Yogyakarta, Dionisius Miki Pratama yang berjudul Bad Hair. Ini merupakan animasi tentang anti-perundungan.
Untuk lomba di tingkat mahasiswa diikuti oleh 45 karya dari berbagai kampus seperti UMN, UPH, Binus, IKJ, ITB, Universitas Telkom, ISI Surakarta dan ISI Yogyakarta. Selain lomba untuk mahasiswa, dewan juri juga menilai animasi karya siswa SMK. Untuk kategori SMK ini dimenangkan oleh siswa SMK Ciomas dengan karya berjudul Cultural Soul.
"Karya para pemenang dianggap memenuhi kriteria animasi yang baik, desain produksi, skenario, dan desain karakternya yang menarik sesuai tema mengangkat budaya Nusantara," ujar Ketua Panitia Animakini, Ehwan Kurniawan.
Para juri Animakini 2019 terdiri dari sutradara animasi. Mereka antara lain, Chandra Endroputro (sutradara pemenang FFI 2015 kategori animasi, GWK), Aryanto yuniawan (CEO MSVstudio dan sutradara animasi Battle of Surabaya), dan Daryl Wilson, CEO Studio Kumata, studio produksi animasi Si Juki The Movies.
Pada kesempatan itu, panitia juga menggelar seminar akademik terkait riset dan pengembangan animasi serta seminar industri animasi. Ada pula panel diskusi serta penelitian animasi dan desain. Kegiatan ini diselenggarakan lantaran perkembangan industri animasi dan desain Indonesia berkembang kian pesat.