TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh pesohor memamerkan lukisan bersama. Mereka adalah Iwan Fals, Kaka Slank, Tony Q, Sujiwo Tejo, Tyo Pakusadewo, Amien Kamil, dan Faozan Moosad. Lukisan tujuh seniman yang tak akrab di bidang dua dimensi ini dipamerkan di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat mulai 6 - 20 September 2019.
Dari pameran ini, pengunjung bisa menangkap sisi lain dari tujuh seniman pentas tersebut melalui goresan tangan mereka pada kanvas atau kertas. Pameran lukisan yang dikurasi oleh Tommy F. Awuy ini berjudul Bukan Satu Garis.
Dalam catatan kurasi, Tommy menyatakan lukisan-lukisan itu mencerminkan ekspresi, realitas, dan pengalaman hidup. "Mereka menggoreskan catnya ke kanvas dengan gaya masing-masing," kata Tommy. "Ada ekspresi dan kemerdekaan memilih dengan kondisi yang menyertai secara spontan."
Lukisan Iwan Fals misalnya, tampak abstrak dengan beragam warna tertuang pada kanvas. Warna yang dominan gelap pada salah satu lukisan yakni Mata Dewa. Sedang yang lain terlihat goresan kuas menyapukan banyak warna. "Karya Iwan non-figuratif. Membidik kompleksitas realitas yang ritmik, fleksibel, amat gemerlap," ujar Tommy. Terdapat empat lukisan Iwan Fals yang berjudul Mata dewa, Event 1-3.
Lukisan Iwan Fals. TEMPO | Dian Yuliastuti
Sementara Sujiwo Tejo juga dengan lukisan ekspresionistik dengan isian yang juga tak jauh dari urusan ritual yang menghilang atau melampaui apa yang penonton ketahui. Lukisan Sujiwo tak hanya berupa goresan cat, tapi diisi dengan beberapa tulisan. Lukisannya difigura dengan kayu lapuk.
Lukisan karya Sujiwo Tejo. TEMPO | Dian Yuliastuti
Tony Q Rastafara mencoba menampilkan figur-figur kemanusiaan. Menggelorakan semangat kemanusiaan dalam menghadapi realitas sosial yang membutuhkan sumbu yang terus menyala. Lihatlah lukisan wajah Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela yang anti-apartheid dalam lukisan berjudul Forgiveness.
Lukisan karya Tony Q. TEMPO | Dian Yuliastuti
Ada juga figur seseorang yang hanya diperlihatkan sepasang mata berbingkai kacamata dalam goresan warna pelangi. Tampak seperti mata Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Almarhum Gus Dur getol menyuarakan nilai kemanusiaan dan kekeberagaman.
Lukisan Tyo Pakusadewo. TEMPO | Dian Yuliastuti
Aktor Tyo Pakusadewo menuangkan ekspresinya terhadap sebuah kenangan di dunia hiburan. Sebuah lukisan seperti siluet dua wajah berjudul The Corleone. Di sampingnya sebuah lukisan sesosok manusia yang duduk meringkuk seperti terkungkung.
Selanjutnya: Lukisan Kaka Slank beda dari yang lain, seperti apa?