TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Eros Djarot menyatakan bela sungkawa atas kepergian sastrawan Arswendo Atmowiloto. Menurut Eros, Arswendo adalah sosok yang sederhana, hangat, walau terkadang nyinyir dalam menyikapi sesuatu yang dianggapnya mengganggu keseimbangan hidup dan melecehkan akal sehat.
"Dia menjaga kemerdakaan berpendapat dan bersuara dengan tetap ceria mendekam di penjara. Dia humoris sekaligus kritis," kata Eros Djarot saat dihubungi Antara, Jumat 19 Juli 2019. Sebagai sosok manusia bebas, menurut Eros, Arswendo Atmowiloto akan terganggu jika ada pihak yang diskriminatif, tidak adil, memaksakan kehendak, dan bermental korup.
Eros Djarot juga mengenal sosok Arswendo Atmowiloto sebagai orang kreatif yang mencurahkan seluruh jiwanya untuk berkesenian dengan sepenuh hati. "Dia juga seorang yang religius bukan dalam definisi yang bersifat umum. Dia begitu spesial," ucap dia.
Budayawan Eros Djarot menghadiri pemakaman almarhum Deddy Sutomo di TPU Tanah Kusir, 18 April 2018. Deddy Sutomo pernah berkarir dalam dunia politik menjadi majelis pertimbangan PDIP. TEMPO/Nurdiansah
Adapun bagi aktivis 1998 yang kini menjadi jurnalis, Nezar Patria, Arswendo Atmowiloto telah memberikan panduan yang mengena bagi siapa saja yang ingin belajar menulis. "Buku karyanya Mengarang Itu Gampang menjadi sebuah panduan tak tertandingi dalam hal menjelaskan teknik menulis semudah mengajar orang naik sepeda," kata dia.
Di dunia tulis-menulis, nama Arswendo Atmowiloto juga menjadi pendorong lahirnya nama-nama penulis remaja, seperti Hilman lewat serial Lupus di majalah Hai. Juga Gola Gong, serta sejumlah nama penulis, komikus, dan kartunis penting. Adapun Arswendo sendiri adalah penulis dengan gaya yang renyah, narasi mengalir, jenaka, juga terkadang nakal. "Karyanya selalu memainkan kejutan, dan hal-hal tak terduga," kata Nezar.