TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivis Women’s March yang menyuarakan hak-hak perempuan, kelompok marjinal, dan minoritas membela Sutradara Garin Nugroho dan mendukung pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku. Sikap pembelaan ini mereka sampaikan sebagai respons dari penolakan sejumlah kepala daerah atas film Kucumbu Tubuh Indahku.
Baca: Kata Garin Nugroho Soal Petisi Penolakan Kucumbu Tubuh Indahku
Orator Women’s March, Farah mengatakan film merupakan salah satu media berekspresi, bukan provokasi. "Lawan fobia terhadap minoritas LGBT," kata Farah disambung sorak dukungan dari sekitar seratus orang yang mengikuti aksi Women's March di Yogyakarta, Minggu, 28 April 2019.
Para aktivis juga membacakan respons Garin Nugroho terkait penolakan hasil karyanya. Melalui media sosial, Garin Nugroho menyayangkan penolakan film Kucumbu Tubuh Indahku oleh sejumlah kepala daerah tanpa memberikan ruang untuk dialog. "Bagi saya, anarkisme massa tanpa dialog ini akan mematikan daya pikir terbuka, serta kualitas warga bangsa," tulis Garin.
Aksi Women's March di Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Sejumlah aktivis membawa bendera pelangi atau simbol komunitas LGBT selama berjalan dari Taman Abu Bakar Ali menuju Titik Nol Kilometer, Yogyakarta. Mereka mengikatkan bendera berwarna pelangi pada tubuh selama berpawai kemudian mengibarkannya di Titik Nol.
Baca juga: Film Kucumbu Tubuh Indahku Kembali Mendapat Penolakan
Film Kucumbu Tubuh Indahku mendapatkan penolakan dari Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat, Muda Mahendrawan dan Wali Kota Depok, Jawa Barat, Mohammad Idris. Mereka menganggap film tersebut bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Aksi Women's March di Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Film Kucumbu Tubuh Indahku mengangkat kisah Rianto, seorang penari lengger. Film yang tayang pertama di Indonesia pada 18 April 2019 itu menceritakan tiga babak kehidupan seorang pria bernama Arjuno, yang diperankan oleh Raditya Evandra, Muhammad Khan, dan Rianto.