Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kanvas Perang

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, : Lukisan itu seakan ketumpahan darah. Warna merah pekat yang menjadi latar seluruh kanvas menyiratkan sebuah pembantaian. Gambar yang tersirat memunculkan perasaan yang campur aduk. Marah, sedih, dan jengah menjadi perwakilan rasa akan sebuah peperangan.Guratan-guratan cat minyak tersebut dapat dijumpai dalam pameran tunggal perupa Vasan Sitthiket bertajuk "Red Planet" di Galeri Nasional, Jakarta, pada 20-30 Maret 2008. Pameran ini memamerkan karya Sitthiket yang dibuatnya sejak 2003. Ide lukisan perupa asal Thailand itu terlihat gamblang, yakni invasi Amerika Serikat terhadap Irak beberapa tahun lalu. Negeri Seribu Satu Malam ini luluh-lantak dibombardir Amerika hingga sang pemimpin, Saddam Husein, dihukum mati.Peristiwa itu terwujud dalam lukisan bertajuk Stop War, Peace Now, dan Bomb for Liberty. Stop War dan Peace Now, kedua lukisan merah ini menggambarkan anak korban perang yang terbalut perban dan kedua tangannya buntung.Sementara itu, dalam Bomb for Liberty, Sitthiket melukis kepala seorang pria yang terbungkus bendera Amerika dengan tali gantungan di lehernya. Umumnya latar lukisan-lukisan merah ini menceritakan kondisi kota di Irak yang hancur, serta tulisan yang bernada kontradiktif.Karya-karya perupa yang sekaligus aktivis kemanusiaan itu juga mempersoalkan arti sebuah demokrasi. Hal yang sama tengah dibangun di Indonesia ataupun Thailand. Menurut dia, demokrasi sejati takkan pernah mampir. "Takkan ada (demokrasi), selama pemerintah masih mematuhi kebijakan Amerika," ujarnya dalam katalog. Kurator pameran, Lola Lenzi menilai Red Planet dan Perang Irak karya Sitthiket memperkuat sebuah pesan yang menyakitkan. Semua orang, termasuk sang seniman sendiri, ikut menentukan nasib dunia. "Tanpa berkhotbah, karyanya menggugah moralitas pengamat serta mendorong mereka untuk menerima tanggung jawab dan segera bertindak," dia melanjutkan dalam katalog.Tak hanya itu, jika menilik lukisan Sitthiket yang lain, ia seakan menunjuk pihak militer sebagai otak kriminal. Perasaan tersebut terwakili dalam lukisan yang berdasar kain denim bercorak loreng sebagai pengganti kanvas. Ia melukis korban-korban perang tanpa busana dengan tangan dan kaki terikat serta kepala ditutup. Tengok saja lukisan bertajuk Forget You Not dan Get Out of Irak yang dibuat pada 2008. Gambarnya beragam bom dan nuklir. Juga tampang Presiden Amerika Serikat George W. Bush, yang tertuang dalam lukisan bertajuk In God We Bomb. Bush tengah menduduki kepala Sitthiket yang teraniaya.Soal ukuran, tak tanggung-tanggung, Sitthiket menggunakan bahan berloreng sepanjang 1.000 x 168 sentimeter. Tanpa terputus, ia melukiskan tiga tema berjudul The USA, History, dan Shortcut. The Usa digambarkan dengan siluet korban perang yang telanjang bulat. History menggambarkan sejarah musuh Amerika yang menyalib suku indian, ras negroid, dan orang Arab. Adapun Shortcut dituangkan dalam lukisan dengan beragam wajah dan rudal. Sejak 1976, Sitthiket kerap mengikuti pameran secara berkelompok ataupun tunggal. Perupa yang kini menetap di Bangkok juga pernah tampil di Jerman (1997) dan Switzerland (1998). l AGUSLIA HIDAYAH
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.