Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiga Guru Besar Akan Tampil di Helat Budaya Sastra Bulan Purnama

image-gnews
Novi Indrastuti. Dok istimewa
Novi Indrastuti. Dok istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perhelatan budaya, Sastra Bulan Purnama akan digelar kembali di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis Km 8,5 Dusun Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta Selasa 23 April 2019.

Dalam pagelaran yang telah memasuki seri ke-91 ini mengagendakan peluncuran buku puisi fotografi berjudul Tapak Jejak Peradaban.

Buku antologi itu merupakan karya Novi Indrastuti, yang merupakan dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam buku itu Novi berkolaborasi dengan Harno Dwi Pranowo alias Harno Depe, seorang guru besar yang kesehariannya mengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UGM.

Novi dan Harno memiliki kepekaan menangkap momentum puitis, hanya keduanya berbeda wadah dalam merespon.

"Harno menangkap momentum melalui kamera dan Novi menuliskannya dalam bentuk puisi, lalu dirajut menjadi buku puisi-fotografi," ujar Ons Untoro, selaku koordinator Sastra Bulan Purnama dalam keterangannya Minggu 21 April 2019.

Untuk peluncuran buku antologi puisi itu sendiri akan menampilkan tiga guru besar yang bakal membacakan puisi pilihan dalam buku itu secara bergantian.

Mereka adalah Harno Depe sendiri, lalu ada pula guru besar UGM lain, Budi Wignyosoekarto, dan Teguh Supriyanto, Guru Besar Universitas Negeri Semarang.

Ons menuturkan kolaborasi puisi dan fotografi sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan oleh Novi dan Harno.

"Keduanya seperti tidak mau memisahkan antara puisi dan fotografi. Bagi keduanya, fotografi mempunyai suasana puitis dan puisi mengandung visual fotografis," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam perhelatan Sastra Bulan Purnama kali ini, Novi Indrastuti, sebagai penyair akan tampil di awal sebelum para guru besar itu tampil membacakan puisi karyanya bergantian.

Selain dibacakan oleh tiga guru besar, puisi karya Novi Indrastuti dibacakan oleh pembaca yang memiliki profesi berbeda.

Seperti Armansyah Prasakti, seorang notaris. Ada pula pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Prima Dona Hapsari juga pegiat museum di Yogya Donny Surya Megananda yang turut membacakan puisi Novi dalam buku itu.

Beberapa puisi Novi digarap menjadi lagu oleh seniman Nyoto Yoyok dan Ana Ratri. Keduanya sudah sering mementaskan lagu puisi. Tidak hanya saat perhelatan Sastra Bulan Purnama.

Baca: Sastra Rancage 2019 Dimenangkan Tiga Penulis

Sebelum meluncurkan buku antologi puisi-fotografi ini, Harno dan Novi juga telah menerbitkan buku sejenis di tahun 2018 dan diberi judul ‘Kepundan Kasih’.

Sedangkan dalam buku puisi-fotografi ini, Harno menyajikan foto-foto yang obyeknya diambil di berbagai kota, tidak hanya obyek di Yogya.

Ons Untoro menjelaskan, Sastra Bulan Purnama yang sudah berjalan lebih dari tujuh tahun. Selama ini memang mengutamakan peluncuran buku puisi. Penyair dari berbagai kota pernah tampil di Sastra Bulan Purnama meluncurkan buku puisi karyanya. Namun ada juga yang meluncurkan novel, seperti dilakukan Yudhistira Massardi dan Noorca Massardi, 20 Februari 2019 lalu, kedunya meluncurkan novel dalam judul yang bebeda.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

21 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Mengenang Pujangga Sapardi Djoko Damono, Tentang Hujan Bulan Juni dan Lainnya

30 hari lalu

Sapardi Djoko Damono saat acara Meet and Greet film Hujan Bulan Juni di Jakarta 1 November 2017. Tempo/ Fakhri Hermansyah
Mengenang Pujangga Sapardi Djoko Damono, Tentang Hujan Bulan Juni dan Lainnya

Sastrawan Sapardi Djoko Damono lahir di Kampung Baturono, Solo, 20 Maret 1940. Berikut kiprah sang pujangga.


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

36 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

43 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.


Media Sastra Kita Kini

55 hari lalu

Media Sastra Kita Kini

Kalam, yang sempat berhenti terbit pada 2005, hidup kembali dalam bentuk online. Lahirnya Kalam sebagai respons terhadap makin hilangnya ruang sastra.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

58 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.


Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.


Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?


Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menemui capres 01 Anies Baswedan di Yogyakarta Rabu (24/1). Tempo/Pribadi Wicaksono
Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.