TEMPO.CO, Jakarta - Pemeran Aisyah dalam film Bumi Itu Bulat, Febby Rastanty mengatakan sering mendapatkan permintaan dari penggemarnya untuk menggunakan hijab. Permintaan itu terkait dengan peran-peran yang dia lakoni sebagai perempuan berhijab.
Baca: Cara Produser Film Bumi Itu Bulat Bikin Regenerasi Film Indonesia
Di film Bumi Itu Bulat, Febby Restanty juga memerankan sosok mahasiswa yang hijrah dan mengenakan hijab syar'i. Padahal, di kehidupan nyata dia tidak menggunakan hijab. "Kalau ada yang mengingatkan, Febby berterima kasih. Insya Allah segera pakai hijab," ujar dia di Epicentrum XXI Jakarta, Selasa, 2 April 2019.
Febby menuturkan, banyak penggemar yang mendorongnya untuk menggenakan hijab. Dan dia berterima kasih atas itu. Memakai hijab, menurut Febby Rastanty, membutuhkan 'panggilan'. Untuk saat ini, dia belum memilih untuk pakai hijab.
Febby Rastanty tidak mempersoalkan permintaan penggemarnya tersebut. Lagipula belum ada fans yang mengajaknya berhijab dengan cara memaksa. "Kalau sekedar mengingatkan di Instagram, itu masih bisa aku terima," tutur dia.
Putri Patricia, Christine Hakim, sutradara Robert Ronny, desainer Jenahara Nasution dan komedian Arie Kriting foto bersama usai talkshow toleransi dalam Film Bumi Itu Bulat kawasan Kemang, Jakarta, Senin, 11 Maret 2019. TEMPO/Nurdiansah
Di film Bumi Itu Bulat, Febby Rastanty berperan sebagai salah satu tokoh utama dalam film tersebut. Karakter Aisyah yang diperankannya itu juga berbeda dengan karakter asli Febby. "Dia punya pandangan yang cukup unik, tapi bukan salah ya," kata Febby.
Bumi Itu Bulat merupakan film yang menceritakan soal intoleransi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dengan mengangkat cerita keluarga anggota Banser Nahdlatul Ulama, film ini mengingatkan akan keberagaman dalam bermasyarakat.
Baca juga: Film Bumi Itu Bulat Gandeng GP Ansor, Ingin Cairkan Hawa Pilpres
Film Bumi Itu Bulat akan tayang pada Minggu, 7 April 2019 di seluruh bioskop Indonesia dan Malaysia. Produser Film Robert Ronny sengaja menayangkannya pada masa tenang Pilpres, sebagai pengingat bahwa Indonesia beragam tetapi tetap satu.