Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seni Rupa Jalanan

image-gnews
Iklan
Di cakrawala yang memerah itu, muncul sepenggal lansekap dengan garis-garis tegas yang mencitrakan suasana kota dengan puncak gedung bertingkat. Ada tiang listrik dengan bentangan kabel berseliweran, ada baliho iklan berukuran raksasa, ada pula pohon palem yang menjulang.Tapi di bagian bawah, teronggok citra visual yang dibangun dari garis yang lentur membentuk makhluk dan bentuk imajinatif yang mengingatkan orang pada figur-figur aneh dalam film animasi. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna-warna mentah.Kesan yang muncul seperti tumpukan benda rombeng di tempat sampah, menjijikkan, dan sedikit suasana menyeramkan. Apalagi ada bentuk tangan memegang pisau belati yang menancap di tangan lain: cros. Darah pun muncrat. Tapi warna darah itu bukan merah, melainkan hijau.Karya lukis Uji Handoko, 25 tahun, ini seolah menegaskan satu suasana yang saling bertabrakan. Suasana kumuh, berlendir, tapi dibangun dengan elemen visual lain yang menyegarkan. Perupa dari Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, ini memberi judul lukisannya: I Want to Be Forever Young. Satu hal yang langsung bisa ditangkap penonton adalah citra visual yang ada dalam karya Uji Handoko ini banyak ditemukan pada lukisan mural yang bertebaran di dinding Kota Yogyakarta. Kini Uji membingkainya pada kanvas dan dipajang dalam ruang pamer V-Art Gallery Yogyakarta, 20 Januari hingga 2 Februari mendatang.Kurator Rain Rosidi menganyam karya Uji Handoko dengan 10 karya perupa lainnya lewat tema "lullaby", satu istilah dalam khazanah seni musik untuk menggambarkan suasana yang membuai. "Lullaby biasanya menggunakan nada datar dan membawa suasana nyaman," begitu yang dituliskan Rain dalam katalog pameran. Tentu sulit bagi penonton menghubungkan tema ini dengan suasana berlendir pada karya Uji Handoko tersebut. Atau dengan karya Nano Warsono, 32 tahun, berupa seorang pria bertopi dengan tubuh telanjang yang menampakkan citra organ dalam dadanya. Pria itu memang terlihat tidur nyaman dalam posisi telungkup memeluk seekor kelinci berwarna merah, tapi juga dengan citra tekstur kulit yang menimbulkan rasa jijik. Namun, memang pada kebanyakan kurasi, pameran seni rupa tak selalu sesuai dengan karya yang dipamerkan. Toh, ada benang merah yang bisa menghubungkan satu karya dengan karya lainnya, yakni kecenderungan corak seni jalanan (street art) pada karya dan latar belakang perupanya.Sebagian besar perupa yang ikut dalam pameran ini adalah generasi seniman yang akrab dengan praktek seni jalanan yang mulai merebak pada paruh kedua 1990-an dengan munculnya kelompok Apotik Komik dan Taring Padi.Karya mereka berupa mural, graffiti, dan poster politik muncul di ruang publik. Secara visual mereka banyak terpengaruh bentuk-bentuk komik ataupun animasi dengan muatan budaya pop yang kuat. Dua perupa pada pameran ini, Bamang Toko, 35 tahun, dan Arie Dyanto, 34 tahun, mewakili generasi awal seniman street art.Muatan budaya pop semakin kuat pada karya generasi street art berikutnya, semacam Uji Handoko, Wedhar Riyadi, dan Gde Krisna Widiathama, yang merupakan perupa generasi 2000-an. Uji Handoko memindahkan karya muralnya ke atas kanvas, sedangkan Wedhar Riyadi, 27 tahun, memindahkan bentuk boneka yang biasa ia buat dalam karya tiga dimensi ke atas kanvas. Karya lukisnya berupa sosok yang mengenakan busana ala tokoh Cat Woman dalam film Batman sedang memegang bentuk jantung pada karya bertajuk Breather. Adapun Gde Krisna Widiathama, 25 tahun, bak memutus tradisi abstrak ekspresionis pelukis Bali dengan menekuni corak street art lewat karya yang banyak mengeksplorasi bentuk tengkorak kepala manusia. Citra tengkorak kepala manusia mudah ditemui pada produk pakaian dan aksesori anak baru gede yang dipasarkan di distribution outlet (distro). Generasi Krisna, Wedhar, dan Uji juga memproduksi benda dagangan (merchandise) berbasis seni visual semacam karya ilustrasi, fashion, dan mainan yang banyak dipasarkan di distro.Belakangan ini, karya seni rupa bercorak street art mulai bersanding dengan karya seniman mapan generasi 1980-an dan 1990-an yang masih berbau seni tinggi (high art) dalam sejumlah peristiwa pameran reguler, semacam bienal ataupun festival kesenian. Di tengah musim semi seni rupa ala Cina kontemporer di Indonesia saat ini, pameran "lullaby" ini terasa lebih punya karakter. RAIHUL FADJRI
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.