Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Tiga Pasar Untuk Bisa Putar Film Dokumenter di Luar Negeri

image-gnews
Tonny Trimarsanto berpose dengan Piala Citra kategori film dokumenter panjang terbaik dari FFI 2017. TEMPO/ Dinda Leo Listy
Tonny Trimarsanto berpose dengan Piala Citra kategori film dokumenter panjang terbaik dari FFI 2017. TEMPO/ Dinda Leo Listy
Iklan

TEMPO.CO, Klaten - Terbatasnya layar bioskop di Indonesia merupakan salah satu penyebab film dokumenter karya anak bangsa tidak sepopuler film fiksi. Jangankan film dokumenter yang sering kesulitan mencari penyandang dana, film fiksi karya production house dalam negeri yang bermodal miliaran pun kerap terjungkal di tengah jalan karena kalah bersaing dengan film asing.

Menurut pendiri sekaligus pengelola Rumah Dokumenter, Tonny Trimarsanto, tidak banyak sineas muda yang mau menggeluti dunia film dokumenter karena sekilas tidak menjanjikan keuntungan apalagi popularitas. "Mungkin karena mereka belum tahu pasarnya, jadi masih menganggap perjalanan film dokumenter hanya berujung di festival-festival dan setelah itu tidak tahu mau buat apa," kata Tonny saat ditemui Tempo di rumahnya di Perumahan Griya Prima Barat, Kabupaten Klaten, Selasa, 11 Desember 2018.

Tonny mengatakan, film dokumenter sebenarnya cukup menjanjikan bagi masa depan para sineas yang menekuninya secara konsisten. Selama 16 tahun menjadi sutradara film dokumenter, sejak 2002 sampai sekarang, sedikitnya ada tiga pasar bagi Tonny untuk "menjual" karya-karyanya. Berikut ini adalah tiga pasar yang menjadi pelanggan film-film karya Tonny, sekaligus tip untuk menembusnya:

1. Festival film di luar negeri

Saat merintis jalannya sebagai sineas dokumenter bertaraf internasional, Tonny hanya bermodalkan perangko untuk mengirimkan filmnya ke sejumlah festival film di luar negeri. "Kalau pakai jasa pengiriman internasional, mahal ongkosnya," kata Tonny dalam buku keduanya yang berjudul Renita, Renita. Catatan Proses Membuat Film Dokumenter (2011).

Untuk menyiasati lamanya waktu pengiriman, Tonny pun mencari festival film yang cukup longgar waktu tenggat penerimaan karyanya, yaitu berkisar 1 - 3 bulan. "Saya memilih festival yang ada kategori kompetisinya. Kalau menang biar dapat hadiah, bisa untuk produksi film lagi," kata peraih Best Short Asia Film di 9th Cinemanila International Film Festival, Philipina (2009) berkat filmnya yang berjudul Renita, Renita.

Meski tidak memenangi kompetisi, Tonny berujar, pihak penyelenggara festival film internasional biasanya tetap mengirimkan honor kepada para sineas yang karyanya turut diputar di acara tersebut. "Istilahnya screening fee, sebagai penghargaan untuk pembuat filmnya karena karyanya diputar," kata Tonny.

2. Stasiun televisi luar negeri

Selain mengadu untung dengan mengirimkan filmnya ke berbagai festival dunia, Tonny juga mempresentasikan proposal filmnya ke beberapa negara. "Proposal Film Man With 12 Wife yang saya buat pada 2013 akhirnya dibeli stasiun TV NHK Jepang setelah saya mempresentasikan proposal filmnya keliling ke Korea, China, Thailand, Jepang, sampai Jerman," kata mantan periset materi visual dan penata artistik film-film fiksi besutan Garin Nugroho sejak 1992 - 2000 itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Man With 12 Wife adalah film dokumenter pendek berdurasi 30 menit yang mengisahkan tentang seorang laki-laki dari Kabupaten Sumba Barat Daya yang memiliki 12 istri, 58 anak, dan 240 cucu. Film tersebut diproduksi Tonny dengan dana pribadi alias tanpa sponsor. Menurut Tonny, harga satu film dokumenter pendek (berdurasi di bawah 60 menit) di stasiun TV asing berkisar di atas Rp 200 juta. Adapun biaya produksi film dokumenter berstandar Indonesia bisa di bawah Rp 100 juta.

"Tapi kalau mau mengejar film dengan kualitas standar internasional, produksinya di Indonesia tapi editingnya di luar negeri, satu film dokumenter pendek bisa dihargai di atas Rp 500 juta oleh stasiun televisi luar negeri," kata Tonny.

Baca: Jay Subiyakto Ingin Buktikan Film Dokumenter Bisa Dikemas Keren

3. Situs penyedia film berbayar

Selain mengikuti berbagai festival film internasional, Tonny juga mengirimkan filmnya ke situs-situs penyedia film dokumenter berbayar sebagai bahan ajar atau penelitian para mahasiswa dari universitas di seluruh dunia. Salah satu situsnya adalah alexanderstreet.com dari Amerika Utara. Secara berkala, Tonny rutin menerima royalti dari situs-situs tersebut tergantung dari berapa banyak orang yang menonton filmnya.

Berbeda dengan film fiksi yang sekali meledak langsung meraup sekian ribu atau juta penonton, grafik penonton film-film dokumenter di situs penyedia film berbayar tersebut terbilang datar namun berkesinambungan. "Karena jadi referensi kuliah di kampus-kampus luar negeri, film-film saya selalu ada yang menonton tiap tahun," kata peraih Piala Citra kategori film dokumenter panjang terbaik dari Festival Film Indonesia 2017 itu.

DINDA LEO LISTY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

21 jam lalu

Produser Dipa Andika, Raisa, dan Soleh Solihun setelah menghadiri konferensi pers peluncuran poster dan trailer film dokumenter Harta Tahta Raisa, di Jakarta, Selasa, 23 April 2024. Tempo/Marvela
Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

Raisa mengungkapkan ketakutannya sebelum memutuskan untuk membuat film dokumenter berjudul Harta Tahta Raisa.


Perjalanan Bermusik Band Bon Jovi yang Rilis Film Dokumenter

4 hari lalu

Anggota grupband Bon Jovi (dari kiri) David Bryan, Jon Bon Jovi, Richie Sambora and Tico Torres menghadiri pemutaran film dokumenter
Perjalanan Bermusik Band Bon Jovi yang Rilis Film Dokumenter

Film serial dokumenter Thank You, Goodnight: The Bon Jovi Story akan tayang perdana di layanan streaming Disney+ dan Hulu pada Jum'at, 26 April 2024.


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

4 hari lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Sinopsis Film Dokumenter Bon Jovi yang Akan Tayang 26 April 2024

4 hari lalu

Sinopsis Film Dokumenter Bon Jovi yang Akan Tayang 26 April 2024

Sinopsis film dokumenter Bon Jovi mengikuti sejarah Bon Jovi, menampilkan video pribadi, foto, dan musik yang terkait gambaran kehidupan Jon Bon Jovi


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

5 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Hari Film Nasional Momen Tepat untuk Tingkatkan Literasi dan Apresiasi Film

23 hari lalu

Ilustrasi Buka Puasa. shutterstock.com
Hari Film Nasional Momen Tepat untuk Tingkatkan Literasi dan Apresiasi Film

Hari Film Nasional bisa menjadi momen untuk menyoroti berbagai program peningkatan literasi dan apresiasi film


Gucci Meluncurkan Film Dokumenter Who is Sabato De Sarno? A Gucci Story

38 hari lalu

Sabato De Sarno Direktur Kreatif Gucci yang menggantikan Alessandro Michele. Instagram.com/@gucci
Gucci Meluncurkan Film Dokumenter Who is Sabato De Sarno? A Gucci Story

Pada 3 April 2024, edisi yang diperbarui dari Who is Sabato De Sarno? A Gucci Story akan dirilis secara eksklusif di Apple Vision Pro


Peringati Hari Satwa Liar Sedunia, Apa yang Dilakukan Sutradara Katie Cleary?

51 hari lalu

Aktivis dari People for The Ethical Treatment of Animal (PETA) mengenakan topeng kodok saat aksi menuntut mengakhiri impor paha kodok di depan Kedutaan Besar Prancis, Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024. PETA mendesak Pemerintahan Prancis untuk berhenti menyokong industri kodok yang kejam dan mengajak semua orang untuk mengakhiri kekejaman terhadap hewan dengan menjadi vegan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Peringati Hari Satwa Liar Sedunia, Apa yang Dilakukan Sutradara Katie Cleary?

Peringati Hari Satwa Liar Sedunia sangat penting. sebab kehidupan manusia tidak akan terlepas dari binatang. lalu apa yang harus dilakukan?


Film Dokumenter Rossa akan Segera Tayang, Rayuan Prilly Latuconsina Berhasil

57 hari lalu

Rossa dan Prilly Latuconsina. Foto: Instagram/@itsrossa910
Film Dokumenter Rossa akan Segera Tayang, Rayuan Prilly Latuconsina Berhasil

Film dokumenter Rossa berjudul All Access Rossa 25 Shining Years akan segera dirilis, Prilly Latuconsina sebagai produsernya.


Muncul di Film Dirty Vote: Seluk-beluk Isitilah Politik Gentong Babi di Pemilu

14 Februari 2024

Film Dirty Vote membongkar politik gentong babi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, Ahad 11 Februari 2024.
Muncul di Film Dirty Vote: Seluk-beluk Isitilah Politik Gentong Babi di Pemilu

Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, di film Dirty Vote menjelaskan fenomena ketika bantuan sosial sering dimanfaatkan sebagai alat politik.