TEMPO.CO, Yogyakarta -Drama Tari Legenda Roro Jonggrang ditampilkan pertama kali di Gedung Tri Murti Unit Teater Pentas Prambanan, Ahad malam, 25 November 2018. Drama yang memadukan unsur tradisional dan kontemporer ini sungguh ciamik dan mengundang decak seribuan penonton.
Tak hanya tarian dan lagu, pementasan juga dilengkapi dengan video mapping Candi Sewu, Candi Ratu Boko, dan Candi Prambanan sebagai latar belakang lokasi pentas.
“Komposisi musik, gerak tari dan koreografi berbeda. Kami menghadirkan tarian baru sehingga bisa menambah gelaran sendratari,” kata Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan & Ratu Boko, Edy Setijono, Ahad malam, 26 November 2018.
Memang, pertunjukan drama tari selama satu jam itu berbeda dengan penampilan seperti yang ada di televisi maupun film bioskop. Pementasan perdana Dramatari Legenda Roro Jonggrang melibatkan 40 penari. Sebagai tokoh utama selain Roro Jonggrang adalah Bandung Bondowoso.
Dalam pentas itu, lenggak-lenggok tubuh penari sangat memukau. Tarian tidak melulu tradisional tetapi ada juga tarian kontemporer. Ada tarian kontemporer, hip hop, breakdance, love dance, dan masih banyak tarian yang disuguhkan termasuk diselipkan tarian Saman. Tata pencahayaan dari lampu panggung menambah tarian ini semakin dramatis.
Drama Tari Legenda Roro Jonggrang diawali adegan kekalahan Prabu Damarmoyo oleh Prabu Boko, ayah Roro Jonggrang. Prabu Damarmoyo bercerita kepada anaknya yang bernama Bandung. Bandung membalaskan dendam ayahnya dan mengalahkan Prabu Boko.Kompleks candi Prambanan. TEMPO/Arif Wibowo
Saat itu, Bandung melihat Roro Jonggrang, putri Prabu Boko yang cantik jelita, jatuh cinta dan ingin memperistrinya. Namun Roro Jonggrang tahu Bandung adalah pembunuh ayahnya. Maka Roro Jonggrang memiliki permintaan yang mustahil bisa dilakukan Bandung. Ia meminta Bandung membuat 1.000 candi dalam satu malam.
Bandung Bondowoso yang dibantu prajurit setan gagal membangun 1.000 candi karena karena kelicikan dan muslihat Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso hanya mampu membuat 999 candi. Akhirnya, Roro Jonggrang dikutuk menjadi arca sebagai penggenapan jumlah 1.000 candi.
“Kau licik, Jonggrang. Sebagai pelengkap candi ke 1.000, kamu Jonggraaaaaang,” kata Bandung mengakhiri dramatari.
Lalu Roro Jonggrang diangkat oleh para penari ke panggung dan akhirnya menjadi patung. Pakaian dengan selendang panjang berwarna merah ditarik menjadi penghias patung Roro Jonggrang dengan latar belakang Candi Sewu dan Prambanan.
Untuk mempersiapkan pentas perdana dibutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan. Namun Konsepnya sudah setahun lalu.
Menurut Chrisnamurti Adiningrum, General Manajer Unit Teater Pentas PT Taman, Dramatari ini disutradarai Wisnu dan koreografer, Gambuh, Endra serta Fendy. Para penari adalah penari binaan unit ini.
“Kami menyasar anak-anak milenial dan orang tua berjiwa milenial. Jadi ada tarian kontemporer, hip hop, breakdance, love dance, dan lain-lain,” kata Chrisnamurti.
Pentas Drama tari Legenda Roro Jonggrang secara reguler dimulai pada Desember 2018. Setelah pentas 10 kali akan dievaluasi pada Januari 2019. Pentas akan dimulai secara reguler lagi pada Februari 2019.
Baca: Bojonegoro akan Tampilkan Tari Thengul Massal di Bekas Tambang
Harga tiket reguler di hari Sabtu mulai Rp 50 ribu untuk pelajar, Rp 250 ribu untuk kelas utama dan Rp 150 ribu untuk tempat duduk kelas I. Jika ingin harga paket dengan makan di Rama Shinta Garden Resto sebelum menonton, penonton hanya menambah Rp 50 ribu saja.