TEMPO.CO, Bandung - Sebelum resmi diluncurkan hari ini, Jumat, 16 November 2018 di Bandung, novel terbaru Risa Saraswati yang berjudul Sandekala telah ludes terjual. Cetakan pertama novel bersampul hitam itu sebanyak seribu eksemplar. "Cetakan berikutnya harus menunggu dua bulan lagi di toko buku," katanya di Bandung, Kamis, 15 November 2018.
Sandekala atau senja kala, ceritanya berangkat dari pantangan orang tua kepada anak-anak agar tidak keluar rumah atau bermain saat petang. Pantangan itu bagi anak-anak zaman dulu dikaitkan dengan sesuatu yang mistis. Mitos penyekapan anak-anak yang masih berkeliaran ketika senja oleh hantu wewe gombel atau kalong wewe itu yang melatari kisah Risa pada Sandekala.
Pada bagian awal bukunya, Risa menceritakan ulang pengalaman seorang kerabatnya semasa kecil yang konon disekap hantu wewe gombel. Cerita itu koleksi keluarga yang dikisahkan ulang turun temurun. Namun kronologi kejadiannya tanpa latar keterangan tempat dan waktu yang rinci.
Bagian selanjutnya kisah Risa tentang pertemuannya dengan sosok kalong wewe yang seperti perempuan. Berambut panjang dengan wajah rusak, rupanya digambarkan sangat menakutkan. Tubuhnya dengan banyak bisul pecah pun sangat bau.Buku novel terbaru Risa Saraswati berjudul Sandekala akan diluncurkan bersama album musik berjudul sama di Bandung, Jumat 16 November 2018. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Hantu itu konon bernama Sukma ketika masih hidup. Profesinya sebagai penari di suatu kampung. "Daerahnya di sekitar hutan sekitar tol Cipularang," kata Risa. Persaingan dan usia tua membuat orang tua tunggal itu bersekutu dengan setan. Tujuannya agar ia tetap punya penghasilan untuk menafkahi anak tunggalnya.
Baca: Risa Saraswati Rilis Album dan Novel Baru tentang Wewe Gombel
Kisah selanjutnya bergulir hingga bagaimana kematian demi kematian terjadi, alasannya menyukai dan menyekap anak-anak, dan berlanjut ke sosok hantu lain yang disebut Elizabet. Kisah pada buku Sandekala merupakan cerita Risa pada sahabat-sahabat sejak masa kecilnya yang tak kasat mata. Mereka adalah Peter cs, bocah-bocah Belanda yang bersaudara.