TEMPO.CO, Bandung - Artis Maudy Koesnaedi kembali menari ronggeng. Akhir pekan ini di Bandung, ia menjadi penari ronggeng dalam pementasan teater Ronggeng Kulawu, 3-4 November 2018. Saat tampil di panggung terbuka amphitheatre Selasar Sunaryo Art Space, ia merasa terganggu oleh alunan musik dari kafe sekitar.
Suara musik dari kafe itu terdengar pula ke bangku penonton. Alunan tembang balada dan slow rock barat mengiringi pelan dari luar arena. "Di sini memang aku agak terganggu, kayaknya dari kafe-kafe sekitar," katanya usai pementasan Sabtu malam, 3 November 2018.
Baca Juga:
Selama dua hari akhir pekan di Bandung, 3-4 November 2018, Maudy tampil sebagai pemain utama sekaligus produser acara. Teater Ronggeng Kulawu sebelumnya dipentaskan di Jakarta Agustus lalu terkait hari kemerdekaan. "Sekarang menjelang Hari Pahlawan 10 November," ujarnya.
Di Bandung, pementasan berlangsung di ruang terbuka. Pada hari pertama, panitia menyiapkan dua lokasi untuk mengantisipasi siraman hujan yang telah memasuki musimnya. Tempat alternatif di Bale Handap Selasar Sunaryo.Maudy Koesnadi
Soal pementasannya di Bandung ini, Maudy mengaku belum menguasai tempat. Latihan biasanya siang dan belum pernah malam. Berbeda katanya saat tampil perdana di Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia, Jakarta, Agustus lalu. "Di sana sudah hafal titik-titiknya untuk meraih aura penonton," katanya.
Di panggung, kegelisahannya oleh gangguan musik dari luar tidak terlihat. Ia berusaha fokus dengan lakon yang dibawakan. Selama satu jam, kerap ia bermonolog. Lawan mainnya, Andi Kanemoto muncul sebentar beberapa kali sebagai perwira Jepang, Kapten Kazuo Ito.
Baca: Maudy Koesnaedi Susah Move on dari Karakter Zaenab di Si Doel
Lakon Ronggeng Kulawu berkisah tentang peperangan di dalam diri penari ronggeng yang diwakili oleh Maesaroh. "Ini dibuat atas kisah nyata tapi tokoh Maesaroh fiktif," kata Maudy Koesnadi. Peperangan itu melibatkan cinta dalam suasana peperangan melawan para penjajah.