TEMPO.CO, Bandung -Meledaknya film Dilan 1990 di pasaran, ikut dinikmati para pembajak film. Pada film lanjutan berjudul Dilan 1991, pihak produser tidak ingin lagi kecolongan.
"Antisipasinya kami melapor ke berbagai pihak organisasi untuk tidak terulang," kata Ody Mulya produser dari Max Pictures di Bandung, Senin, 29 Oktober 2018.
Baca Juga:
Ody mengaku takjub karena video film bajakan Dilan 1990 bisa berkualitas bagus gambarnya dan jernih tanpa bias suara seperti suara penonton. Sejauh ini pihaknya belum serius melacak pelakunya. "Tapi yang jelas, film bajakannya dijual resmi di mal seharga Rp15 ribu," katanya.
Selain produser, pihak bioskop juga keberatan dengan aksi pembajakan. Karena itu kata Ody, sudah dibicarakan upaya penangkalnya. Misalnya ada kamera pengawas khusus (CCTV) di dalam studio yang bisa mendeteksi penonton yang merekam film dengan kamera smartphone misalnya.Vanesha Prescilla. (TEMPO/PRIMA MULIA)
Ody agak ragu video bajakan Dilan 1990 direkam dengan smartphone karena kualitas gambarnya jernih pun suaranya. "Kalau di post production sulit juga karena prosesnya panjang," kata dia.
Soal penonton harus mengumpulkan perangkat komunikasinya ke pihak bioskop sebelum masuk, kata Ody, itu cara yang bagus. Tapi masalahnya, di sini belum ada aturannya.
Baca: Film Dilan 1991 Syuting Perdana di Bandung, Kapan Ditayangkan?
Dampak pembajakan film Dilan 1990 menurutnya merugikan produser juga bioskop. Meskipun dinilai tidak besar pengaruhnya ke jumlah penonton, pembajak meraup keuntungan ilegal. "Bisa dapat miliaran rupiah itu pembajak," kata produser Dilan 1991 ini.