TEMPO.CO, Jakarta - Mulai akhir pekan ini hingga akhir bulan Oktober mendatang, sebuah festival seni teknologi Wave of Tomorrow digelar di di Tribrata Grand Ballroom, Darmawangsa, Jakarta Selatan. Pameran ini menghadirkan enam kolektif new media art berbasis teknologi yang juga turut diramaikan 30 musikus
Pameran instalasi seni modern ini diselenggarakan Level7 dan Bale Project sebagai konsultan seni. Pameran ini menurut perwakilan dari Bale Project, Maharani menjadi wadah untuk menyajikan serta menghadirkan karya instalasi yang menembus batas. “Wave of Tomorrow 2018 menjadi wadah untuk para kreator menembus batas. Lewat pameran ini juga diharapkan bisa menginspirasi para pengunjung," ucap Maharani saat menggelar konferensi pers menjelang pembukaan festival, Jumat 19 Oktober 2018.
Perwakilan seniman dan penyelenggara A Wave of Tomorrow. TEMPO/Aisha
Sebagian besar karya-karya yang dihadirkan turut melibatkan pengunjung untuk bias berinteraksi dengan objek seni. Mereka bias menyentuh, menghadirkan bunyi, dan merasakan suasana serta efek dari keterlibatan mereka. Tak hanya itu, para seniman juga hadir sehingga mereka bisa berinteraksi dengan pengunjung selama pameran berlangsung.
Seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini di antaranya adalah Sembilan Matahari, Kinara Darma, Maika Collective, Rebellionik, Ageless Galaxy, juga kreator besar asal Perancis Nonotak.
Sebelumnya, Maharani juga menuturkan jika Wave of Tomorrow 2018 menjadi sebuah festival seni yang cukup special lantaran berbasis teknologi yang juga dipadukan dengan penampilan musik dari beberapa musikus dalam dan luar negeri. Beberapa deretan nama seperti Potret, Barasuara, Nonotak (Shiro), Danilla, Weird Genius, Stars and Rabbit, Glenn Fredly, Dan Shake, Maliq and D'Essentials, The Groove, Bradly Zero, Skool of Rap.
Wave of Tomorrow 2018 dibuka untuk umum pada 20-28 Oktober, dibuka pukul 15.00 WIB di hari kerja dan 11.00 WIB di akhir pekan. Harga tiket Rp 50 ribu (hari kerja) dan Rp 100 ribu (akhir pekan).