TEMPO.CO, Sleman -Sebanyak 15 karya seni tradisi dan kontemporer akan ditampilkan dalam ajang pertunjukan seni tahunan, Bedog Arts Festival (BAF) ke-9 pada 18-19 Oktober 2018 malam. Karya seni itu ditampilkan sejumlah seniman.
Tak hanya dari dalam negeri, yaitu Kalimantan, Sumatera Barat, Toraja, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Surabaya, ada juga penampil dari Meksiko.
“Kali ini memang tidak gebyar menghadirkan seniman internasional. Karena keterbatasan dana,” kata Direktur Studio Banjarmili, Martinus Miroto saat ditemui di studionya di tepi Sungai Bedog, Sleman, Rabu, 18 Oktober 2018 siang.
Dia mencontohkan, honor seorang penari lokal saja hanya Rp 300 ribu dan dipotong pajak. Selain itu, pemilihan karya seni yang akan dipentaskan dalam BAF yang mengusung tema “Keberagaman dalam Harmoni” itu diakui Miroto melalui proses kuratorial yang ketat.
Proses penyeleksian dilakukan jarak jauh melalui pengiriman video karyanya. “Tema ini diangkat karena sebagian masyarakat masih belum bisa menerima perbedaan,” kata Miroto.
Pentas seni yang tidak memungut tiket masuk dari penonton itu hampir selalu dibanjiri pengunjung. Tak sekadar untuk melihat atraksi seni senimannya, tetapi sekaligus menikmati suasana eksotis tepi sungai pada malam hari. Tak heran, ajang tahunan itu sekaligus menjadi event wisata.Seniman Martinus Miroto asal Yogyakarta menampilkan karyanya dalam Srawung Seni Candi di Gunung Lawu, Karanganyar, (31/12). Acara ini untuk mengisi kegiatan pergantian malam tahun baru 2013 yang diadakan oleh Padepokan Lemah Putih. Tempo/AHMAD RAFIQ
“Kursi yang disediakan 420 kursi. Yang lesehan muat 200 orang. Yang datang lebih dari itu,” kata Miroto mengklaim.
Dalam BAF ke-9 itu akan dilakukan penggalangan dana untuk korban gempa di Sulawesi Tengah yang dipandu seniman ‘dua wajah’, Jessica Hudson. Pertunjukan seni lainnya antara lain berupa Lengger Lanang Langgengsari Banyumas berjudul Sulang Surup hingga The American Nightmare oleh AV Dance Project dari Meksiko.
Baca: Bedog Arts Festival Raih Rekor MURI
Pertunjukan Bedog Arts Festival juga melibatkan warga kampung sekitar untuk berpatisipasi. Ada yang menggelar dagangan aneka produk kuliner. Juga pemuda Karang Taruna dilibatkan mengurus dan mengelola tiket dan penghasilan parkir pengunjung. “Uang jualan kuliner kembali ke warga. Uang parkir untuk membangun mushola di kampung,” kata Miroto.