Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kiprah Berpuisi Putri Wiji Thukul, Terinspirasi Seno Gumira

image-gnews
Fitri Nganthi Wani (kiri) dan Merah Bercerita saat tampil di acara Apresiasi Kumpulan Puisi Kau Berhasil Jadi Peluru di Studio Kopi nDaleme Eyang, Kota Solo, pada Senin malam, 3 September 2018. Fitri membawakan puisi lamanya berjudul Dalam Keabadian Kebenaran Membatu yang dikolaborasikan dengan lagu Derita Sudah Naik Seleher dari puisi Wiji Thukul yang digarap Merah Bercerita (Fajar Merah, paling kanan). (TEMPO,Dinda Leo Listy / Solo)
Fitri Nganthi Wani (kiri) dan Merah Bercerita saat tampil di acara Apresiasi Kumpulan Puisi Kau Berhasil Jadi Peluru di Studio Kopi nDaleme Eyang, Kota Solo, pada Senin malam, 3 September 2018. Fitri membawakan puisi lamanya berjudul Dalam Keabadian Kebenaran Membatu yang dikolaborasikan dengan lagu Derita Sudah Naik Seleher dari puisi Wiji Thukul yang digarap Merah Bercerita (Fajar Merah, paling kanan). (TEMPO,Dinda Leo Listy / Solo)
Iklan

TEMPO.CO, Solo - Justru bukanlah sang bapak, Wiji Thukul, yang pertama kali mendidihkan darah seni di tubuh Fitri Nganthi Wani, penyair perempuan asal Kota Solo yang baru saja meluncurkan buku kumpulan puisi keduanya, Kau Berhasil Menjadi Peluru.

Baca: Dua Anak Wiji Thukul Berkolaborasi Bawakan Puisi, Bikin Merinding

“Yang paling membekas bagi saya itu justru karya-karyanya Seno Gumira Ajidarma,” kata Fitri, putri bungsu dari pasangan Wiji Thukul dan Dyah Sajirah itu saat berbincang dengan Tempo pada Rabu, 5 September 2018.

Perkenalan Fitri dengan karya Seno Gumira bermula saat dia diajak ibunya, Dyah Sajirah yang akrab dipanggil Sipon, menonton pertunjukan teater di Taman Budaya Yogyakarta pada medio Agustus 2001. Sebagai salah satu penyintas Tragedi Mei 1998, sejak suaminya konon menghilang pada kurun 1996 - 1998, Sipon diundang dalam pertunjukan yang diproduksi oleh Perkumpulan Seni Indonesia (PSI) yang bekerja sama dengan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) itu.

Kala itu Fitri masih duduk di bangku SMP Pangudi Luhur Bintang Laut Solo. Di Jogja itulah kali pertama Fitri menyaksikan pementasan drama yang menurut dia begitu indah. “Drama itu berjudul Mengapa Kau Culik Anak Kami? Saya masih ingat betul, pemainnya saat itu Landung Simatupang,” kata Fitri yang kini berumur 29 tahun, bersuami, dan punya satu anak berumur enam tahun.

Mengapa Kau Culik Anak Kami: Tiga Drama Kekerasan Politik adalah kumpulan drama karya Seno Gumira yang terdiri dari naskah tiga babak yang dikemas dan diangkat dari kisah nyata. Drama yang mengisahkan penderitaan warga akibat kerusuhan dan konflik sosial perebutan kekuasaan di Jakarta itu dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta dan Taman Budaya Yogyakarta pada Agustus 2001. Selain Landung Simatupang, drama tersebut juga dimainkan oleh Niniek L. Karim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Awalnya kupikir bakal membosankan, ternyata tidak. Tata bahasanya bagus,” kata Fitri. Tumbuh dalam generasi yang diasuh oleh tayangan sinetron dan telenovela di televisi, Fitri pun terkagum-kagum saat menyaksikan drama tersebut. Sepulang dari Jogja, mulailah Fitri berburu karya Seno Gumira dan karya-karya sastra lain yang memupuk jiwa seninya.

“Selain Seno Gumira, saya juga suka karya Pram (Pramoedya Ananta Toer),” kata Fitri. Hobi membaca karya sastra itu kian menebal setelah Fitri melanjutkan sekolah di SMA Regina Pacis Solo dan sempat kuliah sampai semester tujuh di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

“Aku lebih banyak membaca fiksi seperti karya-karyanya Ayu Utami. Baca puisi suka juga, tapi referensinya kan sedikit. Kalau puisi, siapa tak kenal dengan sang maestro Kahlil Gibran. Aku juga suka karyanya  Joko Pinurbo, unik ya sebagai lelaki menulis puisi-puisi seperti itu,” kata Fitri.

Sementara bapaknya sendiri, Wiji Thukul, tidak menempati urutan teratas dalam daftar sastrawan yang memengaruhi proses kreatif Fitri, lantas siapa musisi yang paling sering menjejali telinganya dengan inspirasi? Fitri sontak tertawa saat Tempo menyodorkan nama Fajar Merah, adiknya yang kini sedang mempersiapkan album kedua bersama band Merah Bercerita.

“Musisi favorit saya dan favorit orang banyak dari berbagai belahan dunia adalah Sia (Sia Kate Isobelle Furler, 42 tahun, penyanyi dan penulis lagu asal Australia),” kata sulung Wiji Thukul tersebut.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

48 hari lalu

Raharja Waluya Jati. ICW
Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

Setelah Jokowi menjadi presiden pada 2014, aktivis Raharja Waluya Jati menitipkan pesan kepada Jokowi untuk tuntaskan kasus penculikan aktivis 1998.


Hadiri Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo, Anak Wiji Thukul Tagih Janji Jokowi Temukan Sang Ayah

10 Februari 2024

Fitri Nganthi Wani (kanan), anak penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul bersama seniman dan budayawan Yogyakarta, Butet Kertaredjasa (kiri) hadir di Hajatan Rakyat di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 10 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Hadiri Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo, Anak Wiji Thukul Tagih Janji Jokowi Temukan Sang Ayah

Wani tampil membacakan salah satu puisi karya sang ayah, Wiji Thukul di gelaran kampanye terakhir Ganjar-Mahfud.


Koran Achtung Sebut Prabowo Subianto Penculik Aktivis 1998, TKN Akan Lapor ke Bareskrim

13 Januari 2024

Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto saat menerima dukungan dari Nelayan di Kertanegara 4, Jakarta, Jumat, 12 Januari 2023. Nelayan yang tergabung dalam Solidaritas Nelayan Indonesia (SNI) mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumuing Raka pada Pilpres 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Koran Achtung Sebut Prabowo Subianto Penculik Aktivis 1998, TKN Akan Lapor ke Bareskrim

TKN menyatakan penyebutan Prabowo Subianto sebagai penculik aktivis 1998 sebagai tindak pidana pemilu.


Ganjar Pranowo Tanggapi Tantangan Kontrak Politik untuk Bereskan Kasus Pelanggaran HAM 1998

23 Desember 2023

Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo saat menggunakan pakaian adat Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD saat menggunakan pakaian adat Madura tiba untuk menjalani debat perdana calon wakil presiden untuk pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat, 22 Desember 2023. Debat cawapres kali ini mengangkat tema soal ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ganjar Pranowo Tanggapi Tantangan Kontrak Politik untuk Bereskan Kasus Pelanggaran HAM 1998

Ganjar Pranowo belum bisa memastikan apakah akan menandatangani kontrak politik soal pelanggaran HAM 1998.


60 Tahun Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair yang Tak Tentu Rimbanya

27 Agustus 2023

Aktivis reformasi yang juga Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid membawakan lagu saat menghadiri peringatan 60 tahun penyair Wiji Thukul di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu, 26 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
60 Tahun Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair yang Tak Tentu Rimbanya

Wiji Thukul menemukan api bagi simbol perlawanan melalui kalimat-kalimat yang menjadi roh bagi kebangkitan jiwa-jiwa melawan rezim otoritarianisme.


Apa Maksud Jefri Nichol Unggah Potret Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah?

28 Maret 2023

Jefri Nichol saat ditemui di Kemang Village XXI Jakarta, Senin 16 Desember 2019. TEMPO | Chitra Paramaesti
Apa Maksud Jefri Nichol Unggah Potret Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah?

Aktor Jefri Nichol mengunggah foto tokoh korban pelanggaran HAM seperti Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah. Ini profil mereka.


Istri Wiji Thukul Meninggal karena Serangan Jantung, Kenali Silent Killer Ini

7 Januari 2023

Mbak Pon dan Wiji Thukul dalam unggahan Wahyu Susilo. Foto : Instagram/wahyususilo
Istri Wiji Thukul Meninggal karena Serangan Jantung, Kenali Silent Killer Ini

Serangan jantung seperti yang dialami istri Wiji Thukul karena aliran darah ke jantung sangat berkurang. Apa penyebab silent killer ini?


Kilas Balik Janji Presiden Jokowi Cari Wiji Thukul

7 Januari 2023

Mbak Pon dan Wiji Thukul dalam unggahan Wahyu Susilo. Foto : Instagram/wahyususilo
Kilas Balik Janji Presiden Jokowi Cari Wiji Thukul

Sampai Sipon meninggal dunia, Wiji Thukul masih berstatus orang hilang. Padahal, Presiden Jokowi pernah berjanji mencari Wiji Thukul.


Jokowi Janji Cari Wiji Thukul, Sahabat Dekat Wiji Thukul-Sipon: Ketika Jadi Presiden Lupa Semua

7 Januari 2023

Sipon. Istimewa
Jokowi Janji Cari Wiji Thukul, Sahabat Dekat Wiji Thukul-Sipon: Ketika Jadi Presiden Lupa Semua

Setelah Wiji Thukul hilang, Sipon tak tinggal diam. Ia mencari suaminya sampai Komnas HAM, bertemu para menteri, dan medapatkan janji Jokowi. Kesehatannya menjadi taruhannya.


Adik Wiji Thukul Sebut Sipon Bukan Sekadar Istri Aktivis

7 Januari 2023

Sipon. Istimewa
Adik Wiji Thukul Sebut Sipon Bukan Sekadar Istri Aktivis

Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul, menyebut Sipon bukan sekadar istri aktivis, melainkan aktivis itu sendiri.