Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ashadi Siregar Luncurkan Novel Menolak Ayah, Angkat Adat Batak

image-gnews
Novelis Ashadi Siregar saat menandatangani novel-novelnya yang berjudul
Novelis Ashadi Siregar saat menandatangani novel-novelnya yang berjudul "Menolak Ayah" yang diluncurkan di Rumah Budaya Tembi, Bantul, Sabtu, 4 Agustus 2018. TEMPO/ Pito Agustin
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sastrawan Ashadi Siregar kembali meluncurkan novel terbaru setelah 36 tahun berpuasa menulis novel. Novel yang diberi judul “Menolak Ayah” itu mengangkat adat Batak di kampung halamannya dengan latar belakang pemberontakan PRRI/Permesta.

“Karena setelah Orde Baru terbongkar, muncul keinginan mendekonstruksi sejarah versi Orde Baru,” kata Ashadi usai acara peluncuran novelnya di Rumah Budaya Tembi di Bantul, Sabtu, 4 Agustus 2018.

Baca: Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Novelis yang mulai dikenal lewat “Cintaku di Kampus Biru” pada era 70-an itu mencontohkan, soal kecenderungan agama-agama formal dari Timur Tengah, seperti Kristen dan Islam yang masuk ke masyarakat Batak. Kemudian dia dekonstruksi versi novel dengan memunculkan lagi agama asli.

Sejarawan Budiawan yang hadir sebagai pembahas menambahkan, dekonstruski lewat novel itu juga memunculkan soal perlawanan tokoh Aceh, Tuanku Imam Bonjol. Dalam narasi sejarah resmi, Bonjol berperang melawan Belanda lewat Perang Paderi. Namun Ashadi mendekonstruksi dengan memunculkan peperangan tersebut sekaligus ekspansi Bonjol ke Tanah Batak dengan islamisasi di sana.

Dekonstruksi sejarah Orde Baru lainnya juga memunculkan pemberontakan PRRI/Permesta adalah sebenarnya dilatarbelakangi koreksi daerah atas kebijakan pusat yang mengabaikan pembangunan daerah. Masa itu, pemerintah pusat lebih menganakemaskan Jawa ketimbang daerah lain, terutama Sumatera. Sedangkan sejarah resmi Orde Baru menyebut pemberontakan PRRI/ Permesta adalah bentuk sparatisme.

“Ibarat daerah itu adalah anak, dia protes pada pusat yang merupakan orang tuanya,” kata Budiawan yang juga Dosen Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara sastrawan Martin Aleida tertarik mengupas kisah manusia-manusia dalam novel itu yang mengangkat adat Batak. Kisah tentang tokoh utama, Tondinihuta yang putus sekolah karena tiada biaya dan akhirnya menjadi kenek bus Sibual-buali trayek Pematang Siantar-Bukittingi. Kemudian diajak bergabung dalam pasukan PRRI. Juga soal ayahnya, Pordumutua yang meninggalkan Todi dan ibunya ke Jawa menjadi perwira Angkatan Darat di sana. Banyak istilah Batak dikenalkan Ashadi dalam novelnya yang menurut Martin disampaikan secara sastrawi populer.

“Ini novel yang mengungkapkan secara rinci etnografi Batak,” kata Martin.

Diakui Ashadi, “Menolak Ayah” adalah novel serius yang dibuat paling lama ketimbang novel-novel sebelumnya. Novel setebal 434 halaman itu mulai dibuat usai pensiun dari pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 2010 hingga 2016 dan diterbitkan 2018. Lantaran banyak fakta empiris dalam novel itu yang harus dicek lewat referensi silang. Terutama riset tentang latar belakang cerita yang dibangun.

“Menulis setting harus ada datanya. Itu kan fakta empiris ya, harus riset benar. Sesuai prinsip jurnalisme, verifikasi,” kata Ashadi yang memimpin Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya (LP3Y) sejak 1992-2014.

Sedangkan kisah-kisah manusia di dalam novelnya adalah imajinasinya. Berbeda dengan novel-novel yang ditulis sebelumnya yang tidak perlu melalui riset khusus dan verifikasi karena sudah diketahuinya. Novel-novel yang digarap serius mulai dilakukan pada dua novel terakhir sebelumnya, yaitu Indera Lepas (1979) dan Sunyi Nirmala (1982).

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

15 hari lalu

Makam sastrawan Yudhistira Massardi di TPU Pedurenan, Bantar Gebang, Bekasi, Rabu, 3 April 2024. Foto: Istimewa
Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

Sastrawan Yudhistira Massardi meninggal dalam usia 70 tahun pada Selasa 2 April 2024 di RSUD Bekasi. Ini karya dan penghargaan yang diterimanya.


Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

15 hari lalu

Novel Arjuna Mencari Cinta karya Yudhistira Massardi. Gramedia
Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

Arjuna Mencari Cinta, novel populer karya Yudhistira Massardi pernah difilmkan pada 1979. Judul novelnya pernah dikutip jadi lagu dan sinetron.


4 Rekomendasi Novel ZIggy Z. yang Penuh Misteri dan Fantasi

17 Januari 2024

Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. antaranews.com
4 Rekomendasi Novel ZIggy Z. yang Penuh Misteri dan Fantasi

Ziggy Z. dikenal dengan novel-novel fantasi dan misteri, berikut rekomendasi buku-bukunya yang wajib dibaca.


Film Julia Roberts Leave the World Behind di Puncak Netflix, Begini Sinopsisnya

14 Desember 2023

Film Leave the World Behind. Netflix
Film Julia Roberts Leave the World Behind di Puncak Netflix, Begini Sinopsisnya

Film Julia Roberts yang tayang di Netflix, Leave the World Behind berhasil merajai peringkat satu Film Hari Ini Netflix. Lantas, Ini sinopsisnya.


Hari Lahir AA Navis Sastrawan Asal Padang Panjang Ditetapkan UNESCO sebagai Hari Perayaan Internasional

6 Desember 2023

Sastrawan Ali Akbar (AA) Navis, 1991. Dok/[TEMPO/Hidayat SG
Hari Lahir AA Navis Sastrawan Asal Padang Panjang Ditetapkan UNESCO sebagai Hari Perayaan Internasional

Hari lahir sastrawan AA Navis asal Padang Panjang ditetapkan UNESCO sebagai salah satu Hari Perayaan Internasional. Berikut profil dan karya-karyanya.


Sinopsis Serial Terbaru Netflix, My Life With The Walter Boys

3 Desember 2023

My Life With The Walter Boys. Netflix
Sinopsis Serial Terbaru Netflix, My Life With The Walter Boys

Netflix menjadwalkan serial My Life With The Walter Boys tayang pada 7 Desember 2023


10 Perbedaan Cerita The Hunger Games di Film dan Buku

22 November 2023

Seorang cosplayer berkostum karakter Katniss Everdeen dalam trilogi The Hunger Games, konvensi Komik Manga dalam Leipzig International Book Fair di Leipzig, Jerman, 19 Maret 2016. Pameran buku ini berlangsung pada 17-20 Maret 2016. AP/Jens Meyer
10 Perbedaan Cerita The Hunger Games di Film dan Buku

The Hunger Games adalah seri film yang diangkat dari novel. Berikut adalah perbedaan cerita antara buku dengan filmnya.


Profil Ratih Kumala Penulis Novel Gadis Kretek Selain Tabula Rasa dan Larutan Senja

7 November 2023

Ratih Kumala, penulis buka Gadis Kretek. Dok Pribadi
Profil Ratih Kumala Penulis Novel Gadis Kretek Selain Tabula Rasa dan Larutan Senja

Gadis Kretek yang sedang tayang di Netflix diadaptasi dari novel karya Ratih Kumala. Ini profil dan karya-karyanya yang lain.


Contoh Majas Alegori dalam Bahasa Indonesia yang Harus Dipahami

6 November 2023

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, terdapat majas alegori. Contoh majas alegori banyak ditemukan di beberapa karya sastra, seperti novel. Foto: Canva
Contoh Majas Alegori dalam Bahasa Indonesia yang Harus Dipahami

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, terdapat majas alegori. Contoh majas alegori banyak ditemukan di beberapa karya sastra, seperti novel.


Profil Sastrawan Palestina Adania Shibli, Penghargaan Kepadanya Dibatalkan Frankfurt Book Fair 2023

17 Oktober 2023

Adania Shibli. timesofisrael.com
Profil Sastrawan Palestina Adania Shibli, Penghargaan Kepadanya Dibatalkan Frankfurt Book Fair 2023

Siapa itu Adania Shibli yang novelnya berjudul Minor Detail dibatalkan dari penghargaan Frankfurt Book Fair 2023, bagaimana polemiknya?