TEMPO.CO, Jakarta -Di aksi kelanjutannya, Wade Winston Wilson—dalam kostum Deadpool tentunya—menuturkan sekuel filmnya kali ini sebuah film keluarga. Tapi keluarga seperti apa yang dimaksud Deadpool yang sangat nyinyir itu? Sampai-sampai ia harus menyebut kisah Lion King di dalamnya.
Dari awal film Deadpool 2 dimulai, adegan-adegan yang ditampilkan cukup mengocok perut. Debutnya sebagai seorang jagoan berkostum, menampakkan bahwa hari-harinya dipenuhi kegiatan menumpas kejahatan. Aksinya kerap membabi-buta menyerang lawan. Itu mengapa sejak film pertama dibuat, film ini sudah mendapat rating untuk dewasa.
Seperti film pertamanya, Deadpool 2 masih dipenuhi gaya khas: adegan kekerasan, sadis, penuh kata-kata kasar, kotor, sinis, bahkan sarkas. Dan tentunya diperlukan cukup referensi agar bisa memahami maksud dari perkataan Deadpool yang sangat ceriwis sepanjang film. Setidaknya penonton pun harus cukup memahami soal pop culture di Amerika, mengetahui referensi beberapa film, musik, hingga isu politik termasuk isu soal ras dan senjata. Sederhananya penonton akan dibawa ke dunia seorang Deadpool yang seolah tahu banyak hal dan dengan enteng bisa saja menggabungkan satu dengan yang lain—walau bias saja sebetulnya semuanya tak benar-benar terhubung.
Tapi bukan berarti serenteng penjelasan tadi harus menghambat Anda untuk melangkah ke bioskop. Justru itulah yang menjadi racikan menarik dari film ini. Lelucon sarkas dan aksi laga ala Deadpool tentunya tak bakal dijumpai di film-film superhero lain dengan mudah.
Salah satu adegan dalam film Deadpool 2
Deadpool memang jagoan—kalau boleh dikatakan demikian—tapi mungkin jauh dari sosok yang bisa dielukan masyarakat layaknya mereka diselamatkan Iron Man, Captain America, atau Spiderman. Itu mengapa, Cable (Josh Brolin) menyebut di masa depan, Deadpool bukan pahlawan yang dikenal. Tapi apakah Deadpool akan peduli?
Kisah Deadpool 2 tak rumit. Di beberapa tahun seorang Wade Wilson mengalami perubahan luar biasa—kisahnya ada di film pertama—ia mengaku sibuk menumpas banyak aksi kejahatan. Ia pun bertemu kondisi soal apa yang sebetulnya kudu ia lakukan agar memang hidupnya dan perannya ini memang bisa punya arti?
di waktu bersamaan, keputusan Deadpool untuk menyelamatkan seorang mutan remaja, Russell/Firefist (Julian Dennison) harus dibenturkan dengan kedatangan Cable yang berusaha mengubah hal buruk terjadi di masa depan. Di tengah kondisi ini, Deadpool lantas membentuk sebuah tim baru seperti yang selama ini muncul dalam trailernya. Tentu, tim yang dibentuk Deadpool tak sama dengan tim Avengers tapi di sini serunya. Alih-alih akan melihat aksi heroik justru hal konyol lah yang akan Anda saksikan.
Ada beberapa tokoh baru yang hadir di sekuel Deadpool salah satunya karakter Domino (Zazie Beetz) yang punya kekuatan ‘keberuntungan’. Juga Julian Dennison yang tampil meyakinkan sebagai remaja penuh dendam. Berikut aksi para cameo yang cukup berlimpah. Seperti kemunculan Brad Pitt dalam hitungan detik sebagai Vanisher—salah satu tokoh yang terekrut X-Force—di tempat yang tak terduga. Lalu ada Terry Crews, Lewis Tan, dan Bill Skarsgård yang terlibat dalam ‘tim sekejap’ ala Deadpool. Beberapa tokoh X-Men pun hadir selintas saat Wade dibawa ke X-Mansion oleh Colossus.
Domino, salah satu karakter dalam film Deadpool 2
Sayangnya tokoh yang sejak awal hadir seperti Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand) tak mendapat porsi yang signifikan. Kehadirannya tak lebih jadi sekadar cameo yang hadir selewat di awal dan akhir cerita. Seakan kalau di sekuel ini ia absen pun tak apa.
Dan tentunya saat membicarakan Deadpool, Wade Wilson, semua tak lepas dari sosok yang menghidupkan dua karakter ini, Ryan Reynolds. Nampaknya, Ryan mampu menjadi ruh yang tepat untuk dua karakter tersebut. Perhatikan saja bagaimana ia terlihat luwes secara fisik di balik kostum dan topeng merah Deadpool. Lelucon tak hanya tampil dari dialog namun juga gestur yang ia hadirkan. Reynolds bisa dibilang mampu menghadirkan sebuah komedi utuh. Turut terlibat sebagai penulis cerita, Reynolds nyaman-nyaman saja saat harus mengolok-olok Fox, semesta di Marvel ataupun DC, termasuk mengolok dirinya sendiri, dan tak ketinggalan soal superhero Green Lantern yang sempat ia mainkan jauh sebelum Deadpool.
Dalam film ini mungkin kita akan dihadapkan kepada karakter-karakter jahat tapi ternyata tak sepenuhnya, tak ada musuh utama layaknya Avengers menyerang Thanos. Bahkan Thanos dalam film ini pun menjadi olokan tersendiri. Banyak aturan yang dilanggar dalam Deadpool 2--layaknya yang pertama--termasuk soal dinding imajiner yang membatasi penampil dengan penonton atau yang fasih disebut sebagai the fourth wall. Deadpool benar-benar mendobrak dinding ini. Deadpool membangun medium awareness tersendiri sehingga ia beberapa kali berinteraksi dengan penontonnya. Dan di akhir, penonton akan diberi tahu keluarga apa yang dimaksud Deadpool di awal cerita. Apakah ini benar-benar film keluarga? Tapi yang pasti film ini tak cocok untuk anak-anak.