TEMPO.CO, Boyolali - Di mata Gombloh Sujarwanto, Margono alias Gogon merupakan pribadi yang konsisten dan pekerja keras. Gombloh adalah rekan kerja Gogon di Srimulat, grup lawak legendaris yang pertama didirikan Teguh Slamet Rahardjo di Kota Solo pada 1950.
Baca: Jenazah Gogon Belum Tiba, Rumah Duka Ramai Didatangi Pelayat
“Gogon itu salah satu seniman yang total. Kalau dapat peran apa pun, dia tidak pernah tanggung-tanggung,” kata Gombloh di rumah duka Gogon di Dukuh Bukur Ireng RT 10 RW 2, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Selasa siang, 15 Mei 2018.
Seperti diketahui, Gogon meninggal di Rumah Sakit Kota Bumi, Lampung, pada Selasa, sekitar pukul 05.00. Gogon mengembuskan napas terakhir pada usia 58 tahun setelah kelelahan seusai manggung di sebuah kegiatan kampanye jelang pilkada di Lampung.
Jenazah Gogon diperkirakan tiba di Boyolali pada Selasa sore. Setelah disemayamkan di rumah duka, Gogon akan dimakamkan di dekat pusara orang tuanya di tempat pemakaman umum Banyudono pada Rabu, 13 Mei 2018.
Di sela menunggu kedatangan jenazah Gogon, Gombloh mengenang kisah mudanya bersama sang komedian yang khas dengan gaya rambut jambul itu. “Saya dan Gogon sudah jatuh-bangun di dunia hiburan sejak 1976. Sebelum di Srimulat, kami sempat gabung di Grup Dangdut Slenget,” ujar Gombloh.
Anggota grup lawak Srimulat (dari kiri) Tessy, Djudjuk Djuwariah, Gogon dan Mamiek Prakosa. Djudjuk semasa hidupnya juga dikenal lewat beberapa film yang dimainkannya, seperti Walang Kekek (1974), Raja Pungli (1977), Gepeng Mencari Untung (1983), Montir-montir Cantik (1984), dan Finding Srimulat pada 2013, bersama para anggota Srimulat. ANTARA/Teresia May
Menurut asisten Gogon, Iteng Sahifah, Gogon baru bergabung dengan Srimulat pada kurun 1980-an. “Waktu pertama ikut Srimulat di Taman Balekambang Solo, honornya cuma Rp 2.500,” ucapnya, yang sudah 13 tahun mendampingi Gogon. Meski honor pertamanya terbilang kecil, Iteng berujar Gogon tetap berlatih maksimal dan konsisten menekuni pekerjaannya sebagai komedian hingga akhir hayatnya.
Dari pengamatan Iteng, sejak setahun terakhir, Gogon mulai menunjukkan perubahan sikap menjadi sosok yang lebih bijaksana di dalam keluarga. Tiap selesai manggung, Gogon selalu meluangkan waktu untuk bertutur panjang lebar ihwal filosofi kehidupan.
“Dia (Gogon) selalu berpesan agar semuanya hidup rukun, tidak saling bertengkar, tidak buat masalah. Dia juga punya cita-cita, kalau sudah waktunya meninggal tidak ingin menyusahkan keluarga,” tuturnya.