TEMPO.CO, Tegal - Komunitas Sinema Pantura dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar Pekan Raya Film Pantura (PRFP) selama tiga hari berturut-turut, 4-6 Mei 2018. Dibuka di Premiere Hotel Tegal, Kota Tegal, Jawa Tengah, PRFP diikuti 60 peserta, yang merupakan pelajar dari Brebes, Tegal, Slawi, Bumiayu, Pemalang, dan Pekalongan.
Baca: Setelah Maddah, Risa Saraswati Bangga Kisah Ananta Juga Difilmkan
Sutradara muda asal Tegal, Wicaksono Wisnu Legowo, menggagas PRFP untuk menggali para sineas muda. Wicaksono, yang merupakan Direktur Sinema Pantura, mengungkapkan pekan raya ini digelar untuk mencari bakat para pelajar yang berminat di bidang sinematografi.
Sebelumnya, panitia telah melakukan seleksi di Slawi dan memilih peserta karena memiliki ide cerita terbaik. “Kami pilih yang punya ide cerita terbaik. Karena, bagaimana pun, film itu sangat tergantung pada ide ceritanya,” kata Wisnu.
Karena itu, sutradara film Turah itu mengaku lebih memilih menggelar kegiatan pekan raya daripada festival film. Dia memandang para pelajar di Tegal dan sekitarnya saat ini lebih membutuhkan edukasi tentang film ketimbang membuat film.
Momen pekan raya ini, kata dia, akan digunakan untuk memberikan materi-materi tentang bagaimana sinematografi yang sebenarnya. “Kalau festival itu sekarang sudah ada di mana-mana. Sekarang persoalannya adalah bagaimana kita bisa membuat film yang punya kualitas yang bagus,” ujar peraih penghargaan sutradara terbaik pilihan Tempo 2017 tersebut.
Dalam PRFP ini, para peserta akan mendapat materi tentang sinematografi dari sejumlah sineas profesional. Materi itu di antaranya tentang pengambilan gambar, editing, hingga manajemen produksi. “Setelah mereka punya ide cerita, di sini kita belajar bagaimana mengeksekusi ide itu ke dalam sebuah film,” ucap Wisnu.
Dari kegiatan ini, dia pun berharap akan lahir sineas-sineas muda dari wilayah Pantura, yang bisa membuat film berkualitas. Lalu, kata dia, karyanya bisa diikutkan dalam festival-festival film di berbagai daerah dan negara, sebagaimana film Turah yang dibuatnya. “Nanti para peserta akan dipilih sesuai minat dan bakatnya untuk menggarap film bersama,” tuturnya.
Deputi Hubungan Antarlembaga dan Wilayah Bekraf Endah Wahyu Sulistianti menyampaikan PRFP ini merupakan salah satu implementasi pengembangan ekonomi kreatif di daerah.
Dia menilai pantura memiliki potensi kuat dalam story telling atau cerita mengenai kebudayaan lokal yang bisa diangkat ke film. Selain itu, ia melanjutkan, banyak bakat yang mumpuni dalam mengembangkan industri film, salah satunya melalui komunitas. “Harapannya setelah ini, komunitas perfilman di kawasan pantura bisa menjadi motor penggerak atau lokomotif bagi berkembangnya subsektor ekonomi kreatif lainnya bagi masyarakat, khususnya di kawasan pantura,” katanya.