Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selawatan dalam Gemulai Tari Jawa Pesantren Yogyakarta

image-gnews
Paguyuban  Emprak Pesantren Kaliopak, Klenggotan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta sedang berlatih salawatan Jawa, TEMPO/Shinta Maharani
Paguyuban Emprak Pesantren Kaliopak, Klenggotan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta sedang berlatih salawatan Jawa, TEMPO/Shinta Maharani
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan manula dan lelaki berusia 50-an tahun gemulai membawakan tari Jawa, mengiringi selawatan Nabi Muhammad. Mereka berderet, duduk bersila, dan berjoget lincah. Mbadi, salah satu di antara penari yang berusia 80 tahun. Di hadapan mereka, duduk barisan lelaki yang melantunkan tembang macapat. Ada dhandhanggula, pangkur, sinom, dan pucung.

Tari dan lagu tradisional Jawa itu mengikuti selawat, pujian kepada Nabi Muhammad. Musik kendang, kempol, gong, angklung, dan rebana menyertai sanjungan terhadap nabi umat Islam. Sebanyak 20 lelaki itu berhimpun di Paguyuban Salawatan Emprak, Yogyakarta.

Selasa malam, 3 April, 2018, kelompok kesenian selawat Jawa ini berlatih hingga menjelang tengah malam. Salawatan Emprak merupakan bagian dari Pesantren Kaliopak, Klenggotan, Srimulyo, Piyungan, Bantul. Pesantren ini berdiri tak jauh dari Sungai Opak. Gemericik air Sungai Opak dan gemerlap kunang-kunang menemani mereka. “Ini latihan untuk hari jadi Masjid Al-Aqsa Menara Kudus, Jawa Tengah, Kamis mendatang,” kata Ketua Paguyuban Emprak Mulyanto.

Peringatan hari jadi masjid peninggalan Sunan Kudus itu akan diramaikan dengan pembacaan puisi Gus Mus, Thomas Budi Santoso, Sosiawan Leak, KH Saifuddin Luthfy, dan Ki Sulardi Ganda Mastuti. Ada pula lomba sketsa.

Kesenian selawatan Jawa, menurut Mulyanto, sudah ada sejak ratusan tahun silam. Di kampung Klenggotan, kesenian itu ada sejak 1980-an. Kekhasan emprak mirip tari Jawa. Sebagian gerakannya seperti tari jatilan.

Saat pentas nanti, para penari menggunakan sampur atau selendang. Mereka juga mengenakan pakaian Jawa Mataraman seperti busana dalang, lengkap dengan surjan, jarit, dan keris. Mereka memulai gerakan tangan menyembah pada awal dan akhir latihan itu. “Ini gerakan menyembah Allah,” kata Mulyanto, yang bekerja sebagai pedagang kambing.

Paguyuban Emprak kerap diundang untuk pentas di sejumlah acara, di antaranya muktamar nasional Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur, dua tahun lalu. Kampus di Yogyakarta, seperti Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, juga kerap mengundang mereka untuk tampil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anggota paguyuban ini mayoritas merupakan petani. Mereka tak hanya datang dari Yogyakarta, melainkan dari Indramayu, Jawa Barat. Mereka juga terbuka pada mahasiswa ataupun siapa saja yang ingin bergabung untuk ikut berkesenian. Beberapa mahasiswa UIN Sunan Kalijaga senang ikut latihan.

Mulyanto berbagi kisah bagaimana paguyuban ini bertahan. Kuncinya, menurut dia, adalah menyenangi kesenian. Anggota paguyuban itu menghayati dan menikmati keindahan seni sebagai sesuatu yang lentur. Mereka pun berpatungan mengumpulkan dana secara mandiri untuk kebutuhan sosial, misalnya bila ada anggota atau tetangga yang sakit dan mengalami kesulitan lain.

Pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hasan Basri Marwah, mengatakan emprak merupakan selawatan Jawa lokal yang terus dijaga di Pesantren Kaliopak. Pesantren yang diinisiasi sejumlah intelektual muda NU sejak 2005 itu rutin mengkaji keindonesiaan, ilmu sosial, dan tradisi Jawa.

Di pesantren itu pernah digelar pertunjukan wayang, kajian aksara Jawa. “Itu sebagai modal kalangan pesantren untuk merumuskan Islam Nusantara,” ucap Hasan.

Pesantren ini juga melibatkan anak-anak muda untuk mengkaji hal-hal yang kontekstual. Contohnya kajian Islam dan kolonialisme di Indonesia pada Selasa malam itu. Kajian mereka menawarkan pembelajaran alternatif. “Misalnya kami mengkritik pandangan kolonial yang menggambarkan Islam tradisional yang jauh dari kemajuan,” tutur Hasan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

35 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

39 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

43 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

45 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.