TEMPO.CO, Jakarta -Menulis sudah seperti bernafas bagi Sapardi Djoko Damono. Selain itu baginya tetap menulis juga jadi kunci agar ia tak pikun. Pada 20 Maret mendatang, Sapardi berulang tahun ke-78 tahun.
Baca: Sapardi Djoko Damono Luncurkan Penutup Trilogi Hujan Bulan Juni
Hal itu mendorongnya untuk terus mengisi kegiatan terutama saat mengisi waktu kosong. Ia pun bercerita tentang salah satu pengalaman yang ia lakukan saat dulu masih aktif mengajar di UI. "Saya itu ke kantor pagi-pagi, datang paling pagi wkatu kosong saya mengetik, menulis," ujar Sapardi di Perpustakaan Nasional, Jumat 16 Maret 2018.
Banyak hal dituangkannya dalam tulisan. Entah berbentuk puisi, ceritak pendek, atau novel. "Yang jelas bukan pekerjaan," tuturnya.
Kondisi saat berada di perjalanan pun kerap diisi untuk menulis. Misal saat di pesawat, kereta, dan lainnya. Selain terus membiasakan diri untuk menulis, Sapardi pun rajin mencatat perubahan yang terjadi dalam naskah-naskah tulisannya. Hal itu bisa mempermudah menelusuri seperti apa proses seorang Sapardi berkarya, tutur dia.
Sebelumnya, dalam kesempatan terpisah Sapardi sempat bercerita kalau dirinya tak pernah mengalami kesulitan menuangkan ide tulisan. Ia bisa menulis apa saja yang terlintas di benaknya. Dalam kondisi tak bisa tidur misalnya, ia biasanya langsung isi waktu tersebut untuk menulis. Bila tulisannya rampung, sebuah kebahagiaan luar bisa menantinya. "Saya suka saya merasa kalau menulis dan kalau selesai ada perasaan bahagia. Rasa bahagia yang luar biasa," kata dia.
Sapardi mengatakan, waktu terbaiknya untuk menulis yakni pada pagi hari. Menurut dia, saat itu kondisi pikiran masih segar. "Pagi jam 3, pikiran masih segar. Saya pernah dalam semalam menulis sampai 18 sajak," tutur Sapardi.
Tahun ini pula, Sapardi Djoko Damono berencana untuk rutin menerbitkan karya setiap bulan sekali. Naskah-naskah buku menurutnya sudah ada tinggal dipilah mana yang bisa diterbitkan lebih dulu.