TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Galeri Nasional Indonesia mengalami penggantian pada Jumat, 2 Februari 2018. Jabatan yang sebelumnya dipegang oleh Tubagus Sukmana kini beralih pada Pustanto, mantan Kepala Subdirektorat Seni Rupa, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca: Sketsa masyarakat akan dipamerkan di Galeri Nasional
Usai melepas jabatan Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus yang kerap disapa Andre mengisi posisi sebagai Kepala Subdirektorat Seni Media, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keduanya dilantik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. pada Jum’at, 2 Februari 2018 di Plaza Insan Berprestasi Gedung A Kemendikbud, bersama dengan 104 pejabat eselon II hingga IV lainnya di lingkungan Kemendikbud.
“Sejak Jumat, 2 Februari 2018 tugas dan amanah yang saya emban sebagai Kepala Galeri Nasional Indonesia sudah dicukupkan. 12 tahun lebih telah mendapat kepercayaan dari 4 Menteri dan 6 Dirjen yang mengurusi bidang kebudayaan,” ucap Tubagus Sukmana melalui akun Facebooknya.
Sekian tahun mengelola Galeri Nasional, menurut Tubagus bukan waktu yang cukup untuk menuntaskan pekerjaan rumah dan memenuhi segala hal untuk mewujudkan Galeri Nasional yang ideal. “Kami serahkan penilainya kepada pemberi amanah dan para stakeholders Galnas. Tentu masih belum sempurna, masih ada PR yang belum dituntaskan, masih ada yang belum terakomodir, masih ada harapan yang sedang ditempuh,” lanjut Tubagus. Harapan berikutnya menurut Tubagus kini diserahkan kepada pemimpin Galeri Nasional yang baru.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui situs resmi Galeri Nasional jejak Tubagus memimpin Galeri Nasional sejak akhir 2005 hingga awal 2018. Tubagus bekerja di Galeri Nasional sejak lembaga itu berdiri pada tahun 1998. Hingga 2002, ia menjalani karier sebagai Kepala Seksi Dokumentasi, Pameran dan Publikasi. “Saya di Galnas mulai dari awal, masih belum punya fasilitas kantor. Hanya ada dua pejabat yang dilantik saat itu, yaitu Kasubbag Tata Usaha, serta Kepala Seksi Dokumentasi Pameran dan Publikasi—itu saya, “ tutur Tubagus. Dalam sejarah perkembangan Galeri Nasional Indonesia, Tubagus turut terlibat dalam proses relokasi pedagang dan penghuni flat di kawasan tersebut.
Tahun 2002, Tubagus dipindah ke Direktorat Kesenian, untuk merintis eksistensi Subdirektorat yang baru dibentuk, yakni bidang Seni Media Rekam, Waktu itu menjabat sebagai Kepala Seksi Seni Media Rekam Cetak merangkap sebagai Pimpinan Proyek Wisma Seni Nasional yang memfasilitasi persiapan pembangunan Pusat Pengembangan kebudayaan Nasional.
Pada November 2005 Tubagus kembali ditugaskan di GNI dengan promosi jabatan dan dilantik sebagai Kepala GNI menggantikan Dicky Tjandra yang saat itu menjadi pelaksana tugas Kepala GNI.
Beberapa rekam jejak Tubagus selama di Galeri Nasional Indonesia di antaranya, patung publik berjudul “Tangan” karya Prayitno Saroyo yang saat ini terletak di halaman depan Gedung Utama (Gedung A) GNI. Patung tersebut merupakan hasil Lomba Patung Ruang Terbuka Galeri Nasional Indonesia (2006) yang digagas oleh Tubagus dan beberapa pihak.
Galeri Nasional Indonesia mulai melebarkan kegiatan melalui Pameran Temporer keliling (Pameran Keliling) di dalam dan luar negeri. Pameran ini tidak hanya mengenalkan karya-karya para maestro seni rupa Indonesia yang karyanya telah menjadi koleksi Negara, melainkan juga mengangkat para perupa daerah dengan menampilkan karya-karya mereka bersanding dengan karya para maestro tersebut.
AISHA