Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Okky Madasari dan Kisah Buku Terbaru, Mata di Tanah Melus

Reporter

Editor

Aisha Shaidra

image-gnews
Cover buku Mata di Tanah Melus karya Okky Madasari (Gramedia)
Cover buku Mata di Tanah Melus karya Okky Madasari (Gramedia)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Isu sosial, orang –orang tertindas kerap menjadi tema yang kental mendominasi karya Okky Madasari. Ia kerap membawa pembaca terhadap sebuah kondisi atau masalah yang dirasakan para tokohnya.

Baca:Okky Madasari Baca Puisi Seorang Cina yang Ingin jadi Gubernur

Karya sastra kerap dijadikan Okky sebagai medium menyajikan atau menyuarakan persoalan masyarakat, persoalan ketidakadilan. Dalam wawancara sebelumnya, Okky mengutarakan tujuannya menulis memang memberi ruang terhadap hal terabaikan. Setidaknya, suara-suara itu bisa disaksikan melalui sejumlah karyanya seperti novel Entrok, Maryam, 86, Pasung Jiwa, Kerumunan Terakhir, dan kumpulan cerpen Yang Bertahan dan binasa Perlahan yang terbit tahun lalu.

Lalu bagaimana dengan karya sastra anak? Sebuah genre yang belum lama ini turut dicoba Okky lewat karya terbarunya Mata di Tanah Melus yang baru diluncurkan 22 Januari lalu.

 Apakah tema-tema sosial khas Okky tetap melekat dalam karya tersebut? “Harapan saya, jika saat anak-anak mereka telah membaca karya semacam ini, mereka akan tumbuh menjadi manusia yang berpikiran terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian,” tutur Okky. Jawaban tersebut menyiratkan melalui sastra anak, Okky tak melepas kesetiaannya terhadap tema kemanusiaan yang selama ini ia usung.

Dalam sebuah wawancara melalui surat elektronik pekan lalu, Okky yang kini tengah menjadi pengajar tamu di National University of Singapore meluangkan waktunya menjawab beberapa pertanyaan seputar karya terbarunya tersebut.

 Apa alasan utama Anda menerbitkan buku untuk anak? 

Keinginan untuk menulis buku anak baru muncul di benak saya dua tahun terakhir, ketika saya punya anak. (sekarang usia anaknya 3,5 tahun).  Anak saya suka dibacakan cerita. Saya juga kerap harus mengarang cerita-cerita untuknya.  Di situ muncul keinginan untuk menulis sebuah cerita yang bisa saya bacakan untuknya yang juga akan menjadi buku pertama yang ia baca saat ia bisa membaca nanti.

Peran Ibu menjadi faktor utama bagi Anda?

Ya, peran saya sebagai ibu menjadi pendorong utama keputusan ini. Barangkali saya tak akan pernah punya pikiran untuk menulis novel anak jika saya tidak menjadi ibu untuk anak saya.

Ada alasan lain selain hal personal?

Saya juga melihat terbatasnya bacaan anak di Indonesia. Untuk anak saya saja, saya tak punya banyak pilihan buku anak yang berkualitas. Padahal usia anak-anak sangat penting untuk bisa membentuk karakter manusia melalui bacaan dan menumbuhkan minat baca.

Apakah menulis cerita untuk anak sulit bagi Anda?

Menulis cerita anak menjadi tantangan baru setelah saya menulis 5 novel dan 1 kumpulan cerita yang semuanya untuk orang dewasa. Saya dipaksa keluar dari perangkap zona nyaman untuk terus memperluas batas kreativitas dan imajinasi.

Dari mana ide cerita muncul?

Ide cerita berawal dari perjalanan saya ke Belu, Nusa Tenggara Timur tahun 2016 lalu. Saya berangkat ke sana berdua dengan anak saya yang saat itu berusia dua tahun. Dalam perjalanan riset bersama anak saya itulah lahir ide untuk menuliskan kisah yang terinspirasi oleh daerah Belu dalam bentuk fiksi yang bisa dibaca oleh anak-anak.

Selama melakukan perjalanan dengan anak saya, saya belajar banyak hal. Terutama adalah bagaimana melihat realita dari kacamata seorang anak. Imajinasi saya pun bergerak liar, mengikuti imajinasi anak saya.

 Seperti apa proses pengembangan ide dan penulisannya?

Dalam proses penulisan, saya sebagai pengarang melihat segala sesuatu dari kacamata anak-anak, utamanya tokoh utama dalam novel itu yang berumur 12 tahun. Saya meleburkan diri dalam karakter, pikiran, dan jiwa anak-anak, sehingga kemudian rangkaian kisah mengalir begitu saja sehingga bisa dinikmati anak-anak.

Apakah ada perbedaan signifikan dengan proses penulisan selama ini?

Saya rasa tak ada perbedaan dalam menulis novel anak dan novel dewasa. Satu hal yang kerap salah kaprah dalam masyarakat kita, menulis cerita anak dianggap lebih gampang daripada menulis cerita untuk dewasa. Itu tidak benar. Kenyataannya adalah menulis cerita anak lebih susah daripada menulis cerita dewasa. Sebabnya seperti yang saya sampaikan, pengarang harus melihat segala sesuatu dari kacamata anak-anak. Salah kaprah kedua dalam penulisan cerita anak adalah kecenderungan untuk membuatnya lebih gampang agar bisa dinikmati anak-anak. Saya tidak sepakat dengan itu. Anak-anak sesungguhnya sangat cerdas dan kaya imajinasi.

Lalu, Seperti apa riset cerita Mata di Tanah Melus ini?

Riset utama adalah dengan perjalanan ke Belu yang kebetulan saya lakukan berdua bersama anak. Saya dua kali datang ke Belu, masing-masing 10 hari. Di Belu saya datang ke berbagai tempat dan bertemu dengan banyak orang yang kemudian menjadi inspirasi dalam buku ini.

Selain itu tentu saja dengan membaca. Saya juga jadi banyak membaca buku anak-anak. Satu yang paling berkesan adalah buku anak karya Salman Rushdi. Oh ya, interaksi saya sehari-hari bersama anak saya juga menjadi sumber inspirasi terbesar bagi saya dalam menulis cerita anak.

Apa ada hal baru yang dialami selama proses penulisan buku ini?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal baru, adalah bagaimana saya berusaha melihat segala sesuatu dari sudut pandang anak dan bagaimana saya meleburkan diri dalam jiwa, pikiran, dan imajinasi anak-anak.

Ada kabar kisah Mata di tanah Melus ini akan menjadi sebuah serial?

Iya, betul. Mata di Tanah Melus akan menjadi buku pertama dari serial novel anak yang saya tulis. Buku selanjutnya akan menceritakan petualangan Mata di wilayah lain di Indonesia.

Apakah ceritanya akan saling berkait satu sama lain?

Masing-masing buku bisa dinikmati sendiri-sendiri. Jadi bukan cerita bersambung. Tapi tokoh utamanya sama dan nafas utamanya akan sama.

Tokoh utama di buku ini anak berusia 12 tahun, mengapa mengambil karakteristik tersebut?

Soal usia anak ini memang hal yang cukup lama saya pertimbangkan hingga akhirnya saya putuskan berumur 12 tahun. Keputusan usia 12 tahun akhirnya saya ambil setelah melalui banyak riset dan pengamatan.  Antara lain, usia 12 tahun adalah usia seorang anak memiliki kemandirian dan keberanian dalam berinteraksi dengan dunia luar. Dia tetap anak-anak, tapi dia sudah memiliki semangat dan kemampuan untuk menjadi seperti kakak-kakaknya yang sudah remaja.

Usia peralihan bagi anak-anak...

Anak 12 tahun itu biasanya duduk di kelas 6 SD -- bersiap-siap menjadi anak SMP. Di sini terasa sekali ini usia yang menjembatani masa kanak-kanak dan remaja.

Dengan menghadirkan karakter 12 tahun, semesta dalam kisah ini bisa terbangun sebagai sebuah cerita petualangan seorang anak yang penuh rasa ingin tahu, yang penuh keberanian sekaligus rasa penasaran ingin melihat dunia yang lebih luas dari yang sehari-hari di hadapinya.

Dengan tokoh anak 12 tahun, cerita ini bisa dinikmati oleh anak-anak yang baru bisa membaca, mulai dari 5 atau 7 -- karena sebagaimana kehidupan di dunia nyata, anak-anak selalu melihat kakak-kakak mereka yang lebih tua dan ingin menjadi mereka.

Hal apa yang ingin disampaikan dan dicapai Mbak Okky lewat karya ini?

Saya ingin anak-anak dan orang dewasa benar-benar menikmati buku ini sebagai sebuah cerita. Dengan menikmatinya, masing-masing pembaca akan bisa memaknai hal-hal yang tersurat dan tersirat dari kisah ini. Banyak sekali pelajaran tentang kehidupan, manusia dan kemanusiaan yang tersembunyi di balik setiap karya sastra.

30_tamu_Okkymadasari

Okky pun menilai usia anak-anak merupakan usia penting dalam membentuk karakter manusia. Ia berharap saat anak-anak telah membaca karya semacam itu, mereka akan tumbuh menjadi manusia yang berpikiran terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.

Alasan utama Okky mengemas pesan sosial, kemanusiaan dalam bentuk cerita, yaitu bisa menyampaikan nilai tanpa bernuansa dakwah dan menggurui. Ia percaya nilai-nilai itu akan lebih tertanam dalam jiwa dan akan membentuk karakter pembaca.

Berapa lama pembuatan buku ini memakan waktu?

Saya mulai menulisnya Oktober 2016. Lalu sempat terhenti beberapa bulan, lalu saya selesaikan selama saya mengikuti program residensi dari University of Iowa International Writing Program. Saya menyelesaikannya Oktober 2017 di kamar saya di Iowa.

Ada alasan tersendiri kala diluncurkan 22 Januari lalu?

Tak ada alasan khusus meluncurkannya di 22 Januari. Waktu terbaik menerbitkan buku anak konon saat liburan sekolah, yaitu Desember atau Juli. Untuk Desember terlalu cepat, sementara Juli terlalu lama. Ya, sudah kita terbitkan Januari saya. Agar menjadi semacam gong pembuka karena buku selanjutnya juga saya rencanakan terbit tahun 2018 ini.

Buku diluncurkan saat Anda sedang mengikuti program visiting fellow di Singapura, kapan ada peluncuran khusus bersama penulis?

Untuk buku ini saya tak merencanakan untuk mengadakan acara peluncuran apapun. Setelah menerbitkan 5 novel dan 1 kumpulan cerita, ini pertama kalinya saya tak membuat perayaan apapun untuk kelahiran buku saya. Saya benar-benar ingin buku ini terlebih dahulu menjumpai pembaca-pembaca baru saya, utamanya anak-anak SD-SMP. Saya ingin mereka berkenalan dan menikmati karya saya dulu. Nanti,  saat lahir buku selanjutnya, baru saya ingin membuat perayaan bersama pembaca-pembaca baru saya.

Dalam wawancara ini, Okky juga menambahkan dengan menerbitkan karya sastra anak, ia pun berencana untuk mulai membawa serta gagasan soal sastra anak dalam berbagai kesempatan. Ia percaya, menulis cerita anak merupakan sebuah kerja ideologis - sebuah pertarungan. "Melalui cerita anak, kita bisa membentuk karakter manusia yang akan mewarnai dunia di masa depan," tutur Okky Madasari menutup obrolan.

AISHA SHAIDRA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

18 hari lalu

Sebuah tanda tergantung di gerbang sebuah gedung di Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, AS, 6 Juli 2023. REUTERS/Brian Snyder
Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard


PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

24 hari lalu

Kepala Perwakilan PBB di Indonesia Valerie Julliand (kanan) bersama Vivie Yulaswati Deputi Menteri di Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS (kiri) menghadiri peluncuran buku
PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

PBB meluncurkan "Those Not Left Behind", buku berisi 22 kisah nyata tentang upaya mencapai SDGs.


7 Ide Bisnis Barang yang Laris di Bulan Ramadan

28 hari lalu

Apa saja bisnis barang yang laris di bulan Ramadan? Berikut ide bisnisnya yang berpeluang untung yang bisa dicoba. Mulai dari pakaian hingga buku. Foto: Canva
7 Ide Bisnis Barang yang Laris di Bulan Ramadan

Apa saja bisnis barang yang laris di bulan Ramadan? Berikut ide bisnisnya yang berpeluang untung yang bisa dicoba. Mulai dari pakaian hingga buku.


Perpustakaan Katedral Ikonik London Buka Pintu untuk Kutu Buku yang Ingin Menginap

39 hari lalu

St Paul's Cathedral London (Pixabay)
Perpustakaan Katedral Ikonik London Buka Pintu untuk Kutu Buku yang Ingin Menginap

Bagi yang ingin menginap di perpustakaan katedral London, Airbnb memasang tarif Rp140 ribu untuk satu malam. Syaratnya, tamu harus kutu buku.


5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

43 hari lalu

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

Buku bacaan literasi memiliki beragam manfaat untuk perkembangan anak. Simak lima manfaat membaca buku jenis ini.


Paket Obat dan Buku untuk Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Diantar Pakai Helikopter

59 hari lalu

TPNPB OPM merilis foto dan video kondisi terbaru Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens pada Rabu, 7 Februari 2024. Foto dan video itu dirilis tepat setahun sejak mereka menyadera sang pilot. Dok. TPNPB OPM
Paket Obat dan Buku untuk Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Diantar Pakai Helikopter

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan mengatakan permintaan obat-obatan oleh Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens telah disampaikan.


Kapolda Papua Bilang Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Minta Bantuan Obat Asma dan Buku

10 Februari 2024

TPNPB OPM membantah soal informasi bahwa pihaknya akan membebaskan Philips pada 7 Februari 2024. Hingga kini, TPNPB-OPM masih menunggu sikap Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru yang belum berbicara dengan pihaknya. Dok. TPNPB OPM
Kapolda Papua Bilang Pilot Susi Air yang Disandera KKB OPM Minta Bantuan Obat Asma dan Buku

"Silakan saja bila ada pihak yang mau mengirimkan bantuan tersebut ke Phillip yang disandera sejak 7 Februari 2023," kata Kapolda Papua.


Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

27 Januari 2024

Sejumlah pegiat literasi membaca buku saat kampanye #RuangBacaJakarta didalam Kereta MRT, Jakarta, Minggu, 8 September 2019. Kampanye ini merupakan gerakan MRT Jakarta untuk mendorong minat baca dan dan menjadikan membaca bagian dari gaya hidup masyarakat kota. TEMPO/Muhammad Hidayat
Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

Selain menambah wawasan, membaca buku dapat membantu penurunan dalam kesehatan mental, seperti stres dan demensia.


Bamsoet Rilis Buku ke-32 Konstitusi Butuh Pintu DaruraT

15 Januari 2024

Bamsoet Rilis Buku ke-32 Konstitusi Butuh Pintu DaruraT

Bambang Soesatyo akan merilis buku terbaru berjudul 'Konstitusi Butuh Pintu Darurat: Urgensi Memulihkan Wewenang Subjektif Superlatif MPR RI'.


Kiat Klub Buku Dorong Minat Baca

7 Januari 2024

Sejumlah klub buku bikin program mengunjungi perpustakaan hingga membaca bersama di taman, plus diskusi hasil bacaan.
Kiat Klub Buku Dorong Minat Baca

Kisah klub-klub buku mendorong dan menguatkan minat baca.