TEMPO.CO, Yogyakarta -Sutradara beken asal Yogyakarta, Hanung Bramantyo mengaku lelah untuk menggarap film-film besar seperti model Hollywood atau pun Bollywood. Lantaran film-film tersebut dinilai menjual cerita yang bombastis, mengada-ada, dan terjebak pada dikotomi film laris dan tak laris semata.
Baca juga: The Gift Film Teranyar hanung Bramantyo Soal Memaknai Ulang Cinta
“Sudah lelah dengan film yang besar, superior. Enggak mau bikin film yang ada kata-kata larisnya,” kata Hanung saat ditemui Tempo usai pemutaran perdana film terbarunya yang berjudul “The Gift” dalam ajang Festival Film Asia Jogja-NETPAC (JAFF) 2017 di CGV Cinemas J-Walk Yogyakarta, Sabtu, 2 Desember 2017 malam.
Dia tak ingin terjebak menggarap film yang ide ceritanya berasal dari novel laris atau pun kelak disebut sebagai film yang laris. Film-film laris yang diistilahkannya dengan Hollywood style atau pun Bollywood style itu dinilai membuat penonton inferior. Hanung memilih untuk membuat film-film biopic dengan menciptakan cerita sendiri.
“Jadi filmnya setara dengan penonton. Lebih realistis, tidak lebay, tidak perlu pakai musik over dramatis untuk bikin nangis,” kata Hanung.
Salah satu bentuk film yang dimaksudkan adalah film teranyarnya yang diberi judul The Gift. Film berdurasi 116 menit itu merupakan film percintaan yang melibatkan sederet actor besar, seperti Reza Rahardian, Christine Hakim, juga Ayushita. “Saya memang suka love story. Suka mengeksplorasi hubungan antar manusia,” kata Hanung.
Sutradara “Mencari Hilal” Ismail Babeth pun menemukan perbedaan mencolok dari The Gift dibandingkan 23 film lainnya yang pernah digarap Hanung. Salah satunya pengambilan gambar yang tak melulu rapi seperti biasanya. “Saya sampai shock setelah melihat filmnya,” kata Ismail.
Hanung pun mengakui perbedaan itu dengan menggunakan dua style, yaitu menempatkan kamera statis dalam ruangan dan menggunakan handle camera. Hasilnya, pergerakan gambar yang diambil pun lebih bebas dari biasanya. “Dan ini saya dapatkan setelah saya melewati 23 karya film saya,” kata Hanung.
Hanung Bramantyo tidak peduli penonton jika tak menyukai karya terbarunya atau tak nyaman dengan gambar-gambar yang diambilnya. “Toh dunia itu tidak nyaman. Kenyamanan itu memenjarakan,” kata Hanung. Tapi sebagai penonton pertama Hanung berharap epnonton bisa menyukai karyanya tersebut lantaran ia pun suka dengan hasil garapannya itu.