TEMPO.CO, Jakarta - Soleh Solihun memilih cara lain untuk mengenang masa-masa kuliah sebagai mahasiswa jurnalistik. Medium film dan buku dipilih Soleh untuk menceritakan salah satu fase kehidupannya sebelum menjadi wartawan sebuah majalah musik dan juga stand up comedian seperti saat ini.
Tak hanya sebagai pemeran utama dan juga salah satu penulis naskah, Soleh terjun sebagai sutradara untuk menggarap film berjudul Mau Jadi Apa tersebut.
Pengalamannya sebagai wartawan tak otomatis membuat Soleh Solihun merasa piawai membuat cerita. Menurut dia, hal itu yang menjadi alasan membuat cerita soal pengalamannya sendiri ketika menjadi mahasiswa pada era 90-an.
Cerita waktu menjadi mahasiswa, menurut dia, juga kisah yang paling realistis untuk membuat ia bisa memerankan dirinya sendiri dalam film tersebut. “Kalau menulis cerita waktu saya SD kan enggak mungkin saya yang jadi pemainnya,” ujar Soleh saat menggelar konferensi pers di Kuningan, Jakarta, Jumat, 17 November 2017.
Menggarap film ini, Soleh menggandeng dua kawan masa kuliah, yakni Agasyah Karim dan Khalid Kashogi. Bersama dua orang ini soleh memasukkan lagu-lagu sesuai selera mereka yang memang kerap didengar pada masa perkuliahan.
Lagu-lagu milik Slank, Pure Saturday, dan Pas Band turut mewarnai film tersebut. Ada sekitar sebelas lagu yang digunakan di film tersebut. Soleh pun memanfaatkan film ini untuk memperdengarkan lagu milik grup musiknya dulu, Lalieur Laleuleus Paregel. “Saya, Aga, dan Ogi memang sudah memilih lagunya ketika menulis skenario. Adegan ini harus lagu ini, adegan ini lagu itu," kata Soleh dan hal tersebut dibenarkan Chand Parwez selaku produser dari film Mau Jadi Apa.
Film Mau Jadi Apa mengisahkan tentang kegalauan Soleh Solihun dan lima sahabatnya soal karier mereka setelah lulus kuliah. Mereka sama-sama berpendapat harus bisa melakukan atau membuat sesuatu sebelum lulus dari kampus, sampai akhirnya keenam mahasiswa ini membuat sebuah media kampus tandingan bernama Karung Goni. Ini adalah majalah hiburan pertama di lingkungan kampus yang menjadi saingan majalah berkonten politik nan serius yang lebih dulu ada.