TEMPO.CO, Jakarta - Patung lelaki brewok tebal, cambang tebal, berkuku tajam, kekar, dan gagah. Mukanya menengadah. Pinggang dililit Naga Nemburnawa hingga menutupi ikat pinggangnya. Naga menjulur melingkar dari pundak kiri ke tengkuk sampai pundak kanan. Kepala Naga seolah hendak merobek dadanya. Ekor ular menggelantung di depan jubah lelaki itu.
Baca: India Siap Pecahkan Rekor Patung Tertinggi di Dunia
Tangan kokoh lelaki itu seperti berusaha menahan lilitan sang Naga. Pergelangan tangannya seolah menekan kepala ular, kuku tajamnya, di atas kepala ular, menyentuh bagian badan sang Naga.
Gambaran Bimasena bisa dilihat di haluan kapal figurehead Kapal Layar Tiang Tinggi KRI Bimasuci. Pertarungan dalam pencarian air kehidupan di dasar lautan. Patung yang juga menggambarkan waktu menjelang terbunuhnya Nemburnawa, sesaat sebelum bertemunya Bimasena dengan Dewaruci.
"(Itu) Bukan sekadar Patung," kata mantan Komandan KRI Dewa Ruci Kolonel Laut (P) Suharto kepada Antara. "Sosok patung di haluan kapal layar menampilkan karakter, identitas, tradisi, semangat dan harapan yang sarat dengan filosofi kehidupan."
Pematung ekslusif Spanyol Jose Morales membuat patung itu. Mengambil bahan tanah liat sebagai sampel. Jose lima kali harus mencari bentuk yang pas. Ia memperbaiki detail rambut, sisik ular, cambang, dan janggut, serta aksesoris, seperti gelung, sumping, pupuk mas rineka jaroting asem, serta gelang dan anting-antingnya.
Setelah cukup yakin, Molares mulai membuat patung itu dari bahan fiber. Patung Bima berbahan fiber inilah yang dipasang di kapal untuk fitting, pengukuran dan melihat postur serta karakter. Molares membutuhkan waktu satu tahun menyelesaikan patung itu. Setelah selesai, Bimasena setinggi tiga meter, berat 437 kilogram, dari bahan kuningan sebagai Figurehead kapal latih KRI Bimasuci bernomor lambung 945.
Molares, yang lahir pada 1961, menyadari membuat patung Bima adalah tantangan tersendiri. Patung Bima adalah identitas, filosofi sebuah kapal layar milik negara Indonesia yang memiliki budaya maritim sangat kuat. Berkaca pada KRI Dewaruci yang dipandang melegenda, anggun, dan dicintai masyarakat dunia.
Molares yang sudah 30 tahun berkarya melepas bangga karyanya bersama KRI Bima Suci, yang bertolak dari Pelabuhan Estacion de Maritimo, Vigo, Spanyol menuju Indonesia pada 18 September 2017.
Dalam sejarah maritim, figurehead pada kapal memiliki banyak arti yang wajib diperhatikan dan dipertahankan. Sosok patung di haluan kapal kapal layar merupakan ikon, simbol yang memiliki makna religi dan magis yang kuat.
Suharto yang turut mengawal kelahiran KRI Bima Suci di Vigo, Spanyol menambahkan keberadaan figurehead di haluan kapal layar, sangat populer antara abad ke-16 dan awal abad ke-20.
Figurehead tak hanya tampil dalam bentuk manusia, namun ada juga yang berbentuk hewan, seperti naga, elang laut, lumba-lumba, disesuaikan dengan misi kapal dan kepercayaan bangsa pemilik kapal-kapal tersebut.
Pembuatan figurehead pada kapal-kapal modern, menggunakan bahan logam atau fiber sintetis, yang lebih tahan terhadap air laut. Dengan teknologi modern, pembuatan figurehead kini jauh lebih sederhana dibandingkan pembuatan figurehead klasik.
Pembuatan patung Bimasena melibatkan diskusi intensif dengan Satuan Tugas Proyek Pengadaan KRI Bimasuci, kapal layar tiang tinggi yang tiba di Jakarta, Kamis, 16 November 2017. Mereka yang dilibatkan adalah para mantan Komandan KRI Dewaruci.
ANTARA