TEMPO.CO, Jakarta - Artis Adinia Wirasti tetap lebih suka membaca buku versi cetak (hardcopy) ketimbang digital. Sebabnya, tak lain ia memang sudah cinta buku sejak lama.
Kecintaan Adinia Wirasti pada buku semakin mendalam sejak kuliah di Amerika Serikat. Di sana ia diharuskan sering belajar di perpustakaan dan museum.
Kebiasaan Adinia Wirasti membaca buku itu akhirnya terbawa ke Indonesia. Hingga, ketika disodori skenario film untuk dipelajari, ia tetap milih versi cetak ketimbang digital. "Saya maunya kertas, karena baca buku beda sama baca di layar," kata dia dalam konferensi pers #SeribuCeritaPerpuSeru di Perpustakaan Nasional Jakarta, Senin, 6/11.Adinia Wirasti dalam sebuah acara di kawasan Sudirman, Jakarta (Oktober 2012). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Pernah saat berlibur Adinia membawa beberapa buku. Teman-temannya heran karena informasi itu bisa diakses secara digital. "Pas coba, saya baru menyadari ternyata teknologi membantu banget, walau pilihan personal tetap kertas," kata dia.
Adinia Wirasti adalah salah satu sahabat PerpuSeru, program yang bertujuan mengubah perpustakaan di pelosok lebih menarik dan bisa jadi pusat pembelajaran masyarakat karena dilengkapi fasilitas teknologi informasi. Program PerpuSeru dikelola oleh Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF).
Sebagai pesohor, Adinia Wirasti ingin membagikan "virus" positif mengenai PerpuSeru kepada masyarakat luas lewat media sosial.
ANTARA