TEMPO.CO, Jakarta-Sastrawan Sapardi Djoko Damono tak pernah menyangka bahwa karya-karyanya akan dikenal hingga ke luar Indonesia. Belum lama ini, salah satu karya terkenalnya, kumpulan puisi Hujan Bulan Juni diterjemahkan dalam bahasa Mandarin. “Dengan diterjemahkan, itu sangat menyenangkan sekali,” ujar Sapardi saat peluncuran buku puisi Hujan Bulan Juni edisi dwibahasa Indonesia-Mandarin di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Rabu, 1 November 2017.
Kebahagiannya tersebut disebabkan karyanya mulai dikenal oleh beragam bahasa. “Lama-lama sajak kita dikenal negara lain,” tuturnya. Sebelum bahasa Mandarin, Sapardi mengatakan pada tahun 1986, karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Jepang. “Pernah terbit di Tokyo tapi jadi masalah karena saya tidak diberi tahu,” tuturnya sambil tertawa.
Walaupun begitu, Sapardi sendiri tidak mempermasahkan insiden tersebut. “Kemudian tahun lalu terbit juga dalam bahasa Arab di Mesir,” kata pria berusia 77 tahun tersebut.
T.F Chan selaku penerjemah mengaku tidak sekedar menerjemahkan sajak-sajak dalam buku Hujan Bulan Juni. “Saya tidak hanya ingin menerjemahkan saja, tetapi saya juga ingin puisi yang enak untuk dibaca."
Ada kendala yang dihadapi TF. Chan saat melakukan penerjemahan. Pasalnya,tidak semua puisi dapat dengan mudah diterjemahkan. Menurutnya, bukan hanya harus mengerti tetapi pemilihan sajak juga harus bisa diterjemahkan dan enak dibaca oleh masyarakat Thionghoa. “Banyak kosa kata yang tidak dapat diterjemahkan ke bahasa Mandarin,” tuturnya.
Buku ‘Hujan Bulan Juni’ sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin. Selain kumpulan sajak dalam buku ‘Hujan Bulan Juni’, karya-karya sastrawan Sapardi Djoko Damono telah diterjemahkan dalam berbagai macam bahasa seperti Perancis, Jerman, Belanda, Jawa, Bali, Italia, Portugis,Korea, Tagalog, Thai, Malayalam, Rusia, dan Urdu.
AMMY HETHARIA