TIM Diserahkan ke UPT, Nasib Seniman Masih Tanda Tanya  

Reporter

Sabtu, 7 November 2015 15:29 WIB

Para seniman melakukan unjuk rasa `Ngaben Kebudayaan` untuk menolak penyerahan Taman Ismail Marzuki kepada Unit Pengelola Teknis bentukan Pemprov DKI, Cikini, Jakarta, 6 November 2015. TEMPO/LUHUR TRI PAMBUDI

TEMPO.CO, Jakarta - Pergantian pengelolaan Taman Ismail Marzuki (TIM) dari Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (BP-PKJ) ke tangan Unit Pengelola Teknis rencananya diadakan dalam serah-terima pada Selasa, 11 November 2015.

Ketua BP-PKJ Bambang Subekti mengatakan tidak keberatan dengan peralihan tanggung jawab administrasi ini. Namun ia mengkhawatirkan nasib seniman yang masih tanda tanya soal pemakaian fasilitas jika pergantian pengelolaan ini jadi dilakukan.

“Seharusnya pemerintah daerah dan UP menjelaskan kepada seniman, apakah perubahan lembaga itu mempengaruhi kegelisahan seniman ketika TIM bukan lagi menjadi rumah seniman,” ujar Bambang Subekti kepada Tempo di Taman Ismail Marzuki, Jumat, 7 November 2015.

Banyak para seniman yang menganggap sistem kerja UPT terlalu materialistis dan merugikan seniman. Misalnya, seniman akan dianggap sama dengan masyarakat umum dalam pemakaian fasilitas TIM. Seniman akan tetap dikenakan tarif untuk setiap aktivitas kesenian di area TIM.

Namun Bambang Subekti mengungkapkan bahwa selama ini belum ada sosialisasi dari pemerintah daerah soal nasib seniman jika TIM dikelola UPT. Karena itu, ia mengimbau agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengadakan pertemuan dengan seniman untuk meluruskan polemik ini.

“Ini yang harus dijawab pemerintah. Bentuk keterlibatan seniman nantinya seperti apa? Apa seniman hanya diposisikan sebagai penyewa gedung pertunjukan, galeri, dan lahan? Apa seperti itu? Padahal selama ini mereka dengan leluasa mengekspresikan karya-karyanya di sini dengan bebas,” tutur Bambang.

Bambang juga menilai bahwa struktur kepengurusan UPT tidak pas untuk mengelola pusat kesenian. Menurut Bambang, semua pegawai UPT berstatus pegawai negeri sipil dan tidak punya latar belakang kesenian. Selain itu, para PNS ini diberlakukan jam kerja sampai pukul 4 sore, sedangkan kegiatan kesenian banyak berlangsung pada malam hari.

“UP yang sekarang ini tidak disiapkan untuk mengelola PKJ. Tidak punya latar belakang kesenian dan latar belakang manajemen, bagaimana mengelola pusat kesenian? Mereka orang baru semua,” ucap Bambang.

Karena itu, pendekatan UPT kepada para seniman akan sangat kaku, birokratif, dan tidak lagi membina pendekatan kekeluargaan seperti yang selama ini dibangun BP-PKJ bersama seniman.

“Orang BP-PKJ dibentuk dari tahun 1968. Mereka belajar dengan berdiskusi bersama seniman soal bagaimana pertunjukan dilayani dari sisi lighting, sound, pelayanan pengunjung, dan perizinan. Para seniman sudah menganggap BP ini keluarganya sendiri. Pendekatan seperti itu pasti tidak dimiliki tatanan birokrat. Birokrat itu kaku, jadi pendekatannya kekuasaan,” kata Bambang.

LUHUR TRI PAMBUDI

Berita terkait

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

18 jam lalu

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro) berkomitmen menjadikan TIM sebagai salah satu pusat seni dan budaya terbesar di Indonesia dan menjadikannya landmark penting dalam industri seni dan budaya nasional

Baca Selengkapnya

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

3 Februari 2024

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia berlangsung 2-11 Februari 2024 di Taman Ismail Marzuki.

Baca Selengkapnya

Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

31 Januari 2024

Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

Pemerintah kembali mengumumkan program bansos baru menjelang Pemilu 2024. Kali ini bernama BLT Mitigasi Risiko Pangan.

Baca Selengkapnya

Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

16 Januari 2024

Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

Tarif sewa Teater Besar TIM kini mencapai Rp 50 juta per hari. Simak rincian tarif penyewaan gedung yang dikelola Dinas Kebudayaan DKI.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Sejumlah Seniman Merasa Tak Dilibatkan

16 Januari 2024

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Sejumlah Seniman Merasa Tak Dilibatkan

Kenaikan tarif sewa gedung pertunjukan di Jakarta diatur Perda Retribusi Daerah yang diusulkan pada era pemerintahan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Selain Stadion Seperti JIS, Anies Janji Akan Bangun Perpustakaan Seperti di TIM di Berbagai Daerah

15 Januari 2024

Selain Stadion Seperti JIS, Anies Janji Akan Bangun Perpustakaan Seperti di TIM di Berbagai Daerah

Calon presiden Anies Baswedan berjanji akan membangun perpustakaan seperti di TIM di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dinas Kebudayaan DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan Seni Budaya, TIM Rp 50 Juta per Hari

15 Januari 2024

Dinas Kebudayaan DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan Seni Budaya, TIM Rp 50 Juta per Hari

Dinas Kebudayaan DKI memberlakukan tarif baru sewa gedung pertunjukan seni budaya. Sewa teater besar TIM capai Rp 50 juta per hari.

Baca Selengkapnya

Pasang Badan buat Prabowo

11 Januari 2024

Pasang Badan buat Prabowo

Para pendukung Prabowo pun merespons acara itu dengan ramai-ramai mengunggah konten beraroma kesedihan.

Baca Selengkapnya

Jakarta Art House Gelar Mamma Mia! The Musical

3 Januari 2024

Jakarta Art House Gelar Mamma Mia! The Musical

"Mamma Mia! The Musical ini dilaksanakan pada tanggal 22-23 desember untuk merayakan Hari Ibu

Baca Selengkapnya

Penjelasan Penulis Agus Noor Dipanggil Polisi Pasca-Pentas Musuh Bebuyutan

8 Desember 2023

Penjelasan Penulis Agus Noor Dipanggil Polisi Pasca-Pentas Musuh Bebuyutan

Pemanggilan berpangkal kepada peristiwa sesaat sebelum Musuh Bebuyutan yang ditulis Agus Noor dan dilakoni Butet Kartaredjasa dipentaskan 1 Desember.

Baca Selengkapnya