TEMPO.CO, Yogyakarta - Pensil, kuas, cat air, dan kain bersih ada di sudut meja. Di bagian tengah meja terdapat lampu yang menyorot meja kaca tepat di atasnya. Kaca persegi panjang itu ditopang buku tebal. Peralatan lukis itu merupakan perlengkapan peserta lokakarya gambar cat air oleh perupa Surya Wirawan, atau dikenal dengan sapaan Komo, 13-18 Februari 2013.
Peserta bebas melukis dengan syarat mengikuti modul pelatihan yang disusun Komo. Mereka mesti disiplin selama pelatihan untuk memastikan teknik melukis yang benar. Hasilnya dipamerkan di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta, 9-30 Maret. Di dinding ruangan terpajang 33 karya lukis di atas kertas roti ukuran A4 atau 19 x 27 sentimeter dalam berbagai gaya.
Yang menarik, lokakarya ini tak hanya diikuti orang awam, tapi juga pelukis profesional. Salah satunya Wedhar Riyadi. Karya pelukis muda bergaya street art ini laris manis. Dua karyanya berjudul Untittled itu melukiskan figur manusia yang dideformasi. Kepala menggelembung hingga menjuntai menutup perut. Hidung panjang bak belalai gajah menjuntai ke bawah. "Saya hanya improvisasi bentuk,” katanya.
Ada juga karya pelukis Deni Herliyantono, yang mengeksplorasi idiom sayur dan buah dengan warna mencolok. Mulut wanita digambarkan berbentuk cabai. Dua helai kubis membentuk kepala. Tangisan seorang anak dilukiskan memakai buah ceri.
Wedhar dan Deni mengikuti pelatihan intensif bersama 12 peserta lain. Mereka mendapat modul pelatihan dan mendiskusikan teknik melukis cat air bersama Komo. Peserta membuat sketsa di atas kertas roti memakai pensil. Untuk mengurangi risiko kesalahan menggambar, peserta dianjurkan menjiplak sketsa di atas kertas cat air. Sketsa kemudian diwarnai memakai warna dasar hingga warna yang lebih terang. Pewarnaan dilakukan berulang untuk menghasilkan karya yang maksimal.
Menurut Wedhar, yang terbiasa melukis dengan cat akrilik dan cat minyak, melukis dengan teknik cat air tergolong sulit. "Teknik ini tak biasa karena seperti ada arsirannya dalam lukisan. Saya penasaran dan ingin belajar memecahkan teknik Komo," kata dia kepada Tempo, Ahad lalu, 10 Maret 2013.
Adapun Surya Wirawan mengatakan, karya lukis cat airnya berpola arsiran. Tapi sejumlah penikmat karyanya ragu bahwa dia memakai teknik cat air. "Sejak 2008, banyak orang mengira saya menggunakan pensil water colour," kata dia. Surya mengaku tak khawatir teknik melukisnya ditiru pelukis profesional semacam Wedhar Riyadi. "Saya juga banyak belajar dari orang lain," katanya.
SHINTA MAHARANI
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
9 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
12 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaMengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa
38 hari lalu
Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaGrey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman
44 hari lalu
Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
49 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
53 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
57 hari lalu
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaYogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu
4 Januari 2024
BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak
8 Desember 2023
Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.
Baca Selengkapnya