TEMPO.CO , Sukaharjo: Bukan sekadar membuat gamelan. Saroyo, salah satu perajin asal Wirun, Sukoharjo, mencoba menghidupkan kembali ritual tradisional dalam membuat gamelan. Sebuah ritual yang telah menghilang selama puluhan tahun.
Sekelompok orang berpakaian adat Jawa lengkap duduk mengelilingi sesajian pepak ageng di atas sebuah meja, Sabtu, 2 Juni 2012. Asap dupa dan kemenyan mengepul di serambi depan besalen, tempat membuat gamelan. Mereka menggelar doa bersama untuk kelancaran proses pembuatan seperangkat gamelan yang dinamakan Kiai Berkah.
Di dalam besalen, belasan pekerja berpakaian hitam menyiapkan perapian. Semuanya memakai ikat kepala warna hitam. Mereka memasukkan berkarung arang dan menyalakannya. Api lekas membesar melalui blower yang ditiupkan.
Setelah doa bersama usai, mereka pun memasukkan tembaga ke dalam api, selanjutnya untuk diproses untuk menjadi gong. Tidak lupa, emas batang berukuran kecil dimasukkan dalam tembaga yang mulai berpijar.
Ritual yang dilakukan dalam membuat gamelan itu telah hilang selama puluhan tahun dari pusat kerajinan gamelan tersebut. Menurut ingatan Saroyo, ritual terakhir dilakukan sekitar 1970-an. “Saat itu ritual dilakukan saat ada pesanan gamelan dari Keraton Yogyakarta,” katanya.
Alasan hilangnya ritual itu juga cukup klasik. “Penghematan biaya dan waktu,” kata Saroyo. Umumnya, pemesan gamelan enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk penyelenggaraan ritual. Dari sisi perajin, ritual itu memakan banyak waktu. Padahal mereka membayar para pekerjanya dengan upah harian.
Saroyo sengaja menghidupkan kembali ritual itu lantaran permintaan dari pemesannya. “Pemesan menginginkan seperangkat gamelan beserta budayanya,” katanya. Dia pun menggandeng spiritualis dari Keraton Surakarta untuk melaksanakannya. “Saya sudah telanjur lupa syarat-syaratnya,” katanya.
Saroyo membutuhkan waktu hingga lima bulan untuk menyelesaikan pesanan perangkat gamelan lengkap tersebut. Dia telah menyiapkan berbagai bahan, termasuk 10 kuintal tembaga serta empat kuintal timah. Sayang, dia enggan menyebut harga yang dipatok untuk pesanan ini.
Pemesan gamelan, Tjokrohadiningrat, menyebut gamelan bukan sekadar alat musik. “Gamelan merupakan hasil kebudayaan asli Bangsa Indonesia,” katanya.
Karena alasan tersebut, dia sengaja memesan gamelan yang lengkap dengan budaya dan ritual dalam pembuatannya.
AHMAD RAFIQ
Berita terkait
PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya
7 hari lalu
Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.
Baca SelengkapnyaBerawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta
52 hari lalu
Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.
Baca SelengkapnyaPameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel
53 hari lalu
Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaBuka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia
57 hari lalu
Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.
Baca SelengkapnyaMampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan
27 Desember 2023
Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang
Baca SelengkapnyaRumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam
16 Desember 2023
Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.
Baca SelengkapnyaMenengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul
3 Oktober 2023
Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.
Baca SelengkapnyaPecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC
27 September 2023
Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.
Baca SelengkapnyaTerkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut
18 Juni 2023
Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.
Baca SelengkapnyaHimki Sebut Peluang Pasar Global Produk Mebel dan Kerajinan Terbuka Lebar
18 Juni 2023
Himki menyatakan peluang masuk ke pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan nasional masih terbuka lebar.
Baca Selengkapnya