Dari Yogjakarta Dengan Gugatan

Reporter

Editor

Kamis, 31 Maret 2011 00:40 WIB

Hanung Bramantyo dalam pementasan Laskar Dagelan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.(TEMPO/Jacky Rachmansyah)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Soimah meradang. Harga diri perempuan Yogjakarta ini terkoyak setelah seorang pemuda mengingkari janji untuk mengorbitakannya sebagai artis di ibukota. Dia ngamuk karena sudah memberikan segalanya –termasuk kehormatan-- untuk menebus janji itu, eh, malah dicampakkan. “Mentang-mentang aku orang daerah maka kamu orang pusat bisa bertindak seenaknya, ha!” teriaknya melengking.

Hanung Bramantyo, pemuda itu, kelimpungan. Ia menjawab berbelit-belit. Namun kepada Pakde-nya Soimah dan Den Bei, tetua kampung, akhirnya mengaku bahwa ia lebih mencintai ibu Soimah yang sudah renta. ”Jadi kamu sebenarnya ingin menikahi ’situs sejarah’ itu?” kata Pakde sambil menunjuk Yu Ningsih, Ibu Soimah. Tawa penonton meledak!

Adegan dalam pementasan musikal plesetan ”Laskar Dagelan: From Republik Jogja With Love” di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 29-30 Maret, itu adalah salah satu pesan yang berkali-kali ditegaskan di panggung: Jangan kacaukan ketentaraman Yogjakarta Hadiningrat! Sebuah pesan yang disamarkan dengan berbagai adegan dan dialog kocak sepanjang hampir tiga jam pertunjukkan.

Ini pentas yang tampaknya memang dikemas untuk merepson ide Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono agar Gubernur Daerah Istimewa Yogjakarta dipilih lewat pemilihan dan bukan penetapan seperti selama ini. Butet Kartaredjasa, produser Laskar Dagelan, sebelum pertunjukkan mengatakan bahwa Indonesia itu majemuk namun sekarang ada upaya untuk menyeragamkan. ”Maka kita jawab dengan pementasan ini: bahwa majemuk itu keren!,” kata dia.

Dan pertunjukan yang disutradari Djaduk Ferianto ini dibuka –harus diakui-- dengan sesuatu yang keren pula. Panggung memperlihatkan suasana pagi di Yogjakarta yang demikian tenteram. Di sisi kiri terpacak Tugu Yogja yang terkenal itu. Matahari pagi menyapu lembut dari Timur. Kokok ayam jago membawa imaji penonton ke perkampungan yang damai. Seorang pesepeda ontel melintas pelan. Tenteram sekali...

Lalu terdengar radio yang menyiarkan pidato Presiden. Isinya menyentil keistimewaan Yogjakarta. Dia mengatakan bahwa sistem monarki tidak boleh bertabrakan dengan NKRI yang lalu disambut tepuk tangan. Kita tahu pertunjukkan ini lalu akan berkembang jadi ajang ger-geran ketika pesepada itu nyeletuk,”Orang Jakarta sungguh aneh. Tabrakan, kok, ditepuk tangani,” katanya sambil ngloyor pergi.

Pilihan mengemas pementasan ini dengan basis dagelan, membuat alur cerita tidak penting lagi. Agus Noor, sang penulis cerita, menyandarkan kisahnya pada tokoh-tokoh yang membuka peluang dagelan ala Yogjakarta dieksploatasi seluas mungkin. Lihatlah,misalnya, dalam adegan Gareng yang tengah mabuk dan mulutnya terasa sepat. ”Aku ingin meludah, tapi mulutku dimana?”

Pilihan karakter Agus Noor memang terlihat disiapkan untuk mengocok perut penonton. Lihatlah Trio Punakwan (digawangi Wisben, Joned, dan Gareng Rakasiwi) yang resah karena seret job. ”Para politisi Senayan sudah lebih lucu,” kata mereka.

Lalu ada Den Bei (Marwoto), mahasiswa (Dibyo Primus), intel dan Superman (Hendro Plered), pemudi (Soimah), penjual gudeg dan ibu pemudi (Yu Nigsih), dan Pakde Soimah yang diperankan Susilo Nugroho. Ini adalah nama-nama pelaku kesenian tradisi yang sudah kondang di Yogjakarta. Lalu ada bintang tamu Hanung Bramantyo yang didapuk menjadi pelancong Jakarta yang ”ngerjain” Soimah. Tampaknya ia juga personifikasi dari polah tingkah kekuasaan di ibukota yang berusaha ngogrek-ogrek ketentaraman daerah.

Meski bertaburan dagelan Mataraman di sepanjang permainan, Jaduk terlihat berusaha membuka ruang eksplorasi estetika pementasan, salah satunya, dengan cara mengandeng tokoh Hiphop Jawa, Marjuki (Kill The DJ) untuk menggarap musiknya. Ini pilihan yang menarik karena tersedia peluang untuk mendialogkan seni tradisi dengan kultur moderen.

Bagamanakah hiphop yang dinamis itu bisa mejalin interaksi dengan spontanitas-spontanitas yang menjadi ”bawaan lahir” para seniman tradisi itu?

Di panggung, tak selamanya proses itu mampu menghadirkan sintesa dua domain seni itu secara mulus. Meski samar, masing-masing entitas terkesan masih terlihat berdiri sendiri—meski tetaplah mampu menghibur. Toh, di beberapa adegan mereka berhasil tampil memukau, setidaknya dalam dua adegan yang memperlihatkan tembang Soimah berkolaborasi dengan hiphop yang dibawakan Jogja Hiphop Fondation. Koreografi tarinya pun mampu lebur dalam pengadegan. Dan seperti sudah disebutkan, adegan pembuka juga salah satu yang terbaik dalam pentas ini.

Dari Yogjakarta Hadiningrat para seniman ini mengirimkan gugatannya pada kekuasaan di Jakarta dengan cara yang paling mereka kuasai: dagelan! Sebab, kelakuan para petinggi di Jakarta itu selama ini mereka lihat sudah demikian ndagel ndak karu-karuan...

Tulus Wijanarko

Berita terkait

Tak Lagi Sebagai Rival, Federer dan Nadal Berduet di Kampanye Terbaru Louis Vuitton

16 jam lalu

Tak Lagi Sebagai Rival, Federer dan Nadal Berduet di Kampanye Terbaru Louis Vuitton

Roger Federer dan Rafael Nadal, tampil dalam kampanye Core Values produk fashion mewah Louis Vuitton. Keduanya mengungkapkan rasa bangga.

Baca Selengkapnya

Vokalis Coldplay Chris Martin Pakai Baju SukkhaCitta Brand Indonesia

5 hari lalu

Vokalis Coldplay Chris Martin Pakai Baju SukkhaCitta Brand Indonesia

Founder SukkhaCitta Denica Riadini Flesch bangga Chris Martin mengenakan salah satu karya brandnya.

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

17 hari lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

17 hari lalu

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

Untuk acara pernikahan atau wisuda, Anda dapat menyewa kebaya agar lebih hemat. Berikut ini rekomendasi tempat sewa kebaya di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

21 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

24 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

30 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

38 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

43 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

47 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya