Dalang Ki Ledjar Soebroto Ciptakan Wayang Bapak Bangsa Belanda
Selasa, 1 Maret 2011 16:30 WIB
Wayang itu dibuat sesuai dengan karakter tokoh aslinya. Dari wajah, pakaian, senjata, hingga bentuk sepatu. Wayang itu dibuat Ki Ledjar dengan cara menyesuaikannya dengan foto dan gambar tokoh koleksi museum. “Foto dan gambar itu sudah berusia ratusan tahun,” kata Ki Ledjar, yang didampingi seorang ahli Bahasa Jawa Kuno asal Belanda Hedi Hinzler di gedung Karta Pustaka Yogyakara, Selasa siang tadi.
Lahir di Dillenburg, 24 April 1533, Willem Van Oranje awalnya adalah seorang Gubernur di salah satu wilayah Spanyol. Karena sikapnya menentang Raja Spanyol, Philip II, dan mendirikan negara Belanda, warga Belanda mengenangnya sebagai Bapak Bangsa.
Selain membuat wayang dengan wajah dan karakter Willem, Ki Ledjar juga membuat wayang tokoh-tokoh di sekitar Willem semasa hidup. Di antaranya empat istri Willem, Raja Spanyol Philip II, dan Balthasar Gerand – orang suruhan Raja untuk membunuh Willem.
Ki Ledjar juga membuat wayang untuk istana dan gereja. Yakni istana Prinsenhof tempat Willem tinggal dan meninggal yang kini telah beralih fungsi menjadi museum dan gereja Nieuwe Kerk tempat jasad Willem dimakamkan.
Selain itu, Ki Ledjar juga membuat wayang berupa anjing kesayangan milik Willem. “Bentuknya saya ambil dari patung anjing di makam Willem,” kata Ki Ledjar menjelaskan.
Sepanjang 2010, Ki Ledjar melakukan riset untuk membuat wayang itu. Mula-mula dia tentukan gambar tokoh yang dipilih kemudian dibuat sketsanya. Berikutnya, dia bentuk wayangnya. Selama pengerjaan dia dibantu sejumlah orang pekerja.
Wayang itu dibuat dari kulit kerbau dengan tangkai terbuat dari tanduk kerbau. Adapun untuk menyambung tiap bagian wayang, Ki Ledjar menggunakan logam kuningan. “Setelah riset setahun, wayang itu dibuat dari Januari hingga Februari (2011).”
Hedi Hinzler, yang juga merupakan guru besar bidang Purbakala Asia di Universitas Leiden itu mengatakan ada dua set wayang Willem van Oranje yang dipesan dari Ki Ledjar. Satu set akan dipajang sebagai koleksi museum dan satu set yang lain bisa dimainkan dalam even tertentu.
Sebelumnya, Ki Ledjar telah berkali-kali memenuhi undangan pemerintah Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, Ki Ledjar memainkan wayang kancil dalam sebuah pesta pasar malam yang digelar tiap tahun. “Namanya pasar malam Tong-Tong,” kata Heidi, wanita berusia 68 tahun yang menjadi penasehat Museum Prinsenhof Belanda itu.
Heidi, yang datang ke Indonesia sejak Jumat pekan kemarin, mengakui kedatangannya ke sini untuk menjemput Ki Ledjar bersama karyanya, Wayang Willem Van Oranje. Rencananya, wayang itu akan dimainkan dalam pembukaan Museum Nusantara di Belanda pada 12 Maret mendatang. Tapi, sebelum diboyong ke Belanda, Ki Ledjar akan mementaskan wayang Willem Van Oranje di Karta Pustaka Yogyakarta, Rabu malam besok.
ANANG ZAKARIA