Ratapan Seorang Tua yang Terbuang  

Reporter

Editor

Rabu, 21 Juli 2010 18:33 WIB

Teater Hapon dari Jepang membawakan Obasute di ruang teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta (21/07/2010).TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO Interaktif, Jakarta - Seorang nenek tua rapuh sedang mendendang untuk cucu kesayangannya. Ia sepenuhnya sadar jika waktu tak lagi bersahabat dengannya. Berbagi keceriaan bersama sang cucu menjadi sangat singkat. Tari dan dendang itu seketika berubah pilu. Sang cucu kecil yang lucu menubruk tubuh renta itu dan berteriak serak. "Baba....!"


Begitulah, sepenggal kisah ironis yang dimainkan oleh teater Harpon dari Jepang dan beberapa mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mereka akan menampilkan sebuah lakon berjudul Obasute. Lakon berdurasi 70 menit ini akan digelar selama 3 hari berturut yaitu Sabtu hingga Senin (24-26 Juli) esok di Teater Luwes, IKJ.


Lakon Obasute adalah legenda rakyat yang sampai saat ini masih digemari oleh penduduk Jepang. Bercerita tentang adat istiadat yang mengharuskan sebuah keluarga membuang manula dalam keluarganya.


Advertising
Advertising

Baba, begitulah mereka menyebut nenek yang sudah terlalu tua. Jaman dulu di Jepang, tradisi ini selalu dilakukan oleh masyarakat desa miskin di sekitar gunung. Mereka membuang nenek itu di gunung untuk menghemat persediaan makan. Gunung tersebut dikenal dengan nama Obasute yama.


Dalam kisah itu diceritakan bagaimana si anak lelaki yang tak tega membuang ibunya ke gunung. Aturan itu bisa batal jika si nenek masih bisa tertawa. Si anak lelaki ini dengan susah payah membuat ibunya bisa tertawa lagi. Namun, Baba dengan pasrah menyadari bahwa hal itu harus dilakukan. Maka diantarnyalah Baba ke gunung untuk ditinggalkan sendiri.


Lakon ini merupakan adaptasi dari teater tradisi Jepang, Noh. Penulis skenario, Tomohiko Hara secara gamblang ingin menampilkan keindahan sebuah perpisahan. Perpisahan nenek tua yang masih disayangi oleh keluarga. Mau tidak mau mereka harus membuangnya ke gunung. Meninggalkan nenek seorang diri dan menjalani kematiannya sendiri pula. Dengan cara menggendongnya, si anak lelaki mengantar perempuan rapuh itu ke gunung.


Hara mengisahkan perpisahan itu menjadi 3 bagian. Perpisahan dengan cucu perempuan, anak laki-lakinya dan perpisahan nenek dengan alam. "Saya fokus dengan kisah ini karena penuh ironi dan menyentuh. Meski ceritanya sangat mungkin bisa dihinakan," ujar Hara.


Nantinya tata panggung akan sangat kental dengan nuansa Jepang. Dalam lakon itu, Hara juga akan menambahkan olah vokal tradisional Jepang yang diperankan oleh biduan Kaoru Owaki.


Lalu bagaimana Hara menginterpretasikan konflik batin si anak lelaki yang tak rela membuang ibunya sendiri diatas gunung. Bagaimana sang Baba menjalani kesendiriannya untuk menatap kematian. Dan bagaimana kenangan-kenangan yang dibangun dengan cucu kesayangannya terpaksa menemani sisa hidup si Baba. Sila nikmati pertunjukannya esok.



ISMI WAHID

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

16 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya