Pada bagian lain, ia menghempas-hempaskan kursi. Tubuhnya yang hanya dililit kemeja putih bergaris tipis vertikal sebagai celana, juga dihempaskan berkali-kali ke atas kaki kursi. Seperti peselancar yang mendaratkan tubuhnya di papan luncur, tapi gerakan Hornblow terasa lebih menyakitkan.
Bagi penari asal Selandia Baru itu, kursi adalah tubuh. Tempat duduk itu menjadi obyek penghubung antara dia dengan orang lain. "Terkadang terasa tubuh ini berada di luar diri saya. Dan saya pakai obyek lain untuk kita bisa berbagi, seperti kursi," katanya.
Malam itu, ia pun duduk dengan takzim di atas kursi yang penuh kenangan dan menghadap kursi lainnya untuk mengakhiri pertunjukannya sepanjang 20 menit.
Aksi penari asal Selandia Baru itu membuka pementasan keliling tarian kontemporer bertajuk In the Arts Island di empat kota. Dimulai dari Bandung, tiga dari empat penari bisa tampil sesuai jadwal di ruang bawah Museum Barli, pada Rabu malam lalu.
Sementara Michael Hornblow membawakan tarian berjudul Prosthesis, koreografer Toni Yap dan Yumi Umimare asal Australia dan Jepang menyuguhkan karya bertema keseimbangan seperti Yin dan Yang. Seniman tari dari Indonesia, Agung Gunawan, menggarap tarian berjudul Melancholy dengan ilustrasi musik Memet Chairul Slamet serta gambar video. Adapun Brendan O' Connor asal Irlandia batal tampil karena pesawatnya terlambat.
Setelah main di Bandung, sedikitnya 8 penari dari Selandia Baru, Australia, Jepang, Indonesia, dan Irlandia akan tampil di House Mask & Puppet Ubud, Bali, pada 26 Juni besok, Kampung Seni Ngroto Joyo Malang, Jawa Timur (29 Juni), dan terakhir di Padepokan Joko Pekik, Yogyakarta (1 Juli).
Di setiap kota, dalam satu malam bakal tampil empat hingga enam penari.
Menurut penggagas sekaligus kurator acara Agung Gunawan, pentas keliling itu untuk mempertemukan kebudayaan Barat dan Timur. Selain menjadi sarana belajar antar seniman, perhelatan tersebut juga sebagai pengenalan berbagai budaya masyarakat di Indonesia.
Agung sendiri menampilkan dasar-dasar tarian klasik Jawa yang digelutinya sejak SMA dengan tari modern. Tariannya di video sama menariknya dengan gerakan tubuhnya langsung di hadapan sekitar 50 penonton. Dalam tayangan di kain putih, seniman Yogyakarta itu menari di rumahnya, sawah, pasar, dan jalan raya. Penonton dibawa mengikuti perjalanan dari masa kecilnya di Klaten, Jawa Tengah, hingga besar di Yogyakarta.
ANWAR SISWADI