Meminang Musik Etnik Nusantara  

Reporter

Editor

Minggu, 16 Mei 2010 17:02 WIB

(TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kali ini bukan seperangkat alat musik Barat yang ditampilkan, meski salah satu repertoar yang dimainkan adalah musik klasik. Romance da Amor, sebuah lagu yang lazim dimainkan oleh instrumen gitar klasik, Rabu malam lalu dipentaskan secara unik di Balairung Sapta Pesona, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta.

Franki Raden mengaransemen ulang lagu itu dalam bentuk komposisi etnik sekaligus format orkestra: Indonesian National Orchestra (INO). Etnomusikolog yang pernah menjadi associate professor di York University, Toronto, Kanada, ini menjajalnya dengan seperangkat alat musik tradisional yang kesemuanya khas Indonesia. Sesuatu yang tak mudah dilakukan oleh 60 pemain tersebut, karena antara alat musik yang terlibat dan karakter lagu yang dimainkan memiliki tangga nada yang sangat berbeda.

"Ini tantangan saya sebagai komposer. Kita punya tradisi yang luar biasa," ujar Franki di sela gladi resik. Panggung pertunjukan di Balairung itu penuh sesak dengan alat musik etnik. Saling berderet, ada sasando, rebana, rebab, guzheng, kulintang, dijeridoo, dan sejumlah alat perkusi lainnya.

Advertising
Advertising

Komposisi instrumennya mirip orkestra Barat. Bagian string diwakili oleh rebab Betawi untuk menjangkau nada tinggi. Nada rendah diwakilkan oleh rebab Bali, yang dibuat khusus oleh seniman Bona Alit. Rebab ini bentuknya raksasa, dengan tinggi gagang fingering-nya sekitar 2 meter. Begitu juga alat tiup dan perkusi. Masing-masing instrumen mewakili format orkestra dasar seperti di Barat.

Persoalan mengadopsi lagu Barat dalam permainan alat musik etnik sungguh rumit. Pemain yang terlibat sebagian besar adalah maestro-maestro musik di bidangnya. Mereka tentu tak bersahabat dengan konsep musik tonal pada alat yang dikuasainya. Mereka harus memainkan lagu klasik dengan tangga nada diatonis tanpa mengubah sistem nada pada alat pentatonis.

Secara teknik memang sangat mungkin dilakukan. Tapi pemain akan sangat kesusahan untuk mempraktekkannya karena mereka harus mencari sendiri padanan nada itu, yang membuat letak penjarian menjadi tak beraturan.

Hasilnya? Tak dimungkiri, repertoar gubahan ini terdengar sangat terbata-bata. Teknik permainan yang sangat sulit menjadikan setiap kalimat melodi tak bersih dimainkan. Peran Franki sebagai konduktor menjadi sangat penting karena ia harus mengatur kapan instrumen-instrumen tersebut masuk dan mulai dimainkan. Mereka sama sekali tak memegang score. "Hanya mengingat. Metode oral mereka sangat kuat," ujar Franki.

Disadari oleh Franki, waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan konser ini hanya tiga bulan. Waktu ideal setidaknya butuh 1 tahun. Metode latihannya juga tak gampang. Dalam waktu sesingkat itu, Franki harus mendatangi satu per satu maestro masing-masing instrumen, bahkan melatihnya sendiri. Ia memberi gambaran bagaimana lagu yang akan dimainkan. Baru setelah itu ia memulai latihan menggabungkan semua instrumen dalam 12 hari terakhir. "Waktu yang sangat sempit," katanya.

Lain lagi dengan repertoar kedua. Berjudul Concerto for Indonesian National Orchestra, repertoar ini memang disuguhkan dengan warna etnik sesuai dengan karakter masing-masing instrumen. Sementara di musik Barat, satu lagu konserto digunakan untuk solo instrumen, di sini Franki menggabungkannya menjadi satu garapan besar yang disisipi oleh solo masing-masing instrumen.

Lagu dimulai dengan tabuhan beduk sebagai pembuka. Kemudian instrumen melodius menggantikan bagian itu dengan akor-akor panjang. Paduan suara dengan berbagai tingkat nada mendengungkan sebaris kalimat mantra. Lagu itu memang berkesan sangat magis. Solois Putu Sastrani Titaranti, pemilik vokal sopran, berduet dengan Anusirwan melakukan vocalizing kalimat etnik tanpa kata. Ada lagi Eni Agustien dengan instrumen guzheng, Liza Markus dengan kolintang, dan Muhammad Saat dengan suling.

Pada repertoar kedua ini, warna, karakter, dan alur komposisi lagu lebih terlihat etnik khas Indonesia. Setidaknya lagu ini lebih "terbaca" di telinga ketimbang harus mengadopsi tonalitas yang tak dikenali dalam musik etnik. Peran Franki juga lebih ringan. Ia hanya mengatur bagaimana melodi harus berganti ketika mood pemain sudah mulai menurun saat memainkan bagian itu.

Sayangnya, beberapa instrumen tak semuanya unjuk gigi. Sasando, misalnya, instrumen ini sama sekali tak berkesempatan untuk solo. Warna suaranya pun tak begitu terlihat. Bahkan antara instrumen satu dan lainnya juga minim dialog.

Mungkin itu persoalan karakter musik etnik masing-masing. Menggabungkan antara karakter Kalimantan dan Bali saja sudah susah. Inilah sebenarnya tantangan terbesar Franki sebagai seorang etnomusikolog yang mengerti betul karakter musik etnik secara mendalam sekaligus komposer yang lazimnya berkutat dengan penciptaan karya.

Ya, INO bisa jadi obsesi besar karena Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Yang jadi soal adalah jika keberagaman itu hanya dipandang sebagai tradisi, maka tak akan memberi kontribusi yang nyata dalam konteks perkembangan musik modern saat ini. Setidaknya Franki telah memperlihatkannya.

ISMI WAHID

Berita terkait

Kritik Wacana Revisi UU TNI, PBHI Ungkap Ada 114 PSN Dijaga Militer Saat Ini

6 menit lalu

Kritik Wacana Revisi UU TNI, PBHI Ungkap Ada 114 PSN Dijaga Militer Saat Ini

Wacana Revisi UU TNI kembali mencuat, kritik mulai berdatangan. Salah satunya PBHI yang melihat kemiripan seperti era Orde Baru, hingga mengungkap 114 PSN yang kini dijaga TNI.

Baca Selengkapnya

e-KTP Mudah Luntur, Begini Cara Menggantinya Secara Gratis

10 menit lalu

e-KTP Mudah Luntur, Begini Cara Menggantinya Secara Gratis

e-KTP mudah mengelupas dan tulisannya luntur jika tidak dirawat dengan baik, masyarakat harus bisa menggantinya dengan e-KTP baru secara gratis.

Baca Selengkapnya

Manchester City Juara Liga Inggris: Pep Guardiola Bicara Kemungkinan Tinggalkan Etihad, Juga Puji Klopp dan Arteta

11 menit lalu

Manchester City Juara Liga Inggris: Pep Guardiola Bicara Kemungkinan Tinggalkan Etihad, Juga Puji Klopp dan Arteta

Pep Guardiola bicara soal prospek untuk meninggalkan Manchester City beberapa menit setelah meraih gelar Liga Inggris keempat secara beruntun.

Baca Selengkapnya

Pembuka Gerbang Reformasi 1998, Aksi Mahasiswa Geruduk Gedung DPR Menjadi Awal Soeharto Lengser

15 menit lalu

Pembuka Gerbang Reformasi 1998, Aksi Mahasiswa Geruduk Gedung DPR Menjadi Awal Soeharto Lengser

Pada 18 Mei 1998, mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, membuat tuntutan agar Soeharto mundur. Peristiwa ini menjadi awal era reformasi.

Baca Selengkapnya

Starlink Uji Coba di Bali, Pakar TI: Waspadai Jangan Sampai Ada Monopoli Harga

16 menit lalu

Starlink Uji Coba di Bali, Pakar TI: Waspadai Jangan Sampai Ada Monopoli Harga

Layanan internet Starlink milik Elon Musk resmi melakukan proses uji coba di Bali. Pengamat mengimbau agar pemerintah pantau penetapan harga.

Baca Selengkapnya

Ledakan Tungku Smelter: dari Janji Bahlil untuk Memperbaiki hingga Keheranan Anggota DPR

17 menit lalu

Ledakan Tungku Smelter: dari Janji Bahlil untuk Memperbaiki hingga Keheranan Anggota DPR

Ledakan tungku smelter kembali terjadi. Kali ini dialami oleh PT Kalimantan Ferro Industry atau PT KFI di Kuta Kartanegara, Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya

Kata Maruarar Sirait Soal PDIP Tak Undang Jokowi di Rakernas V

26 menit lalu

Kata Maruarar Sirait Soal PDIP Tak Undang Jokowi di Rakernas V

Mantan politikus PDIP Maruarar Sirait mengatakan harus menghormati keputusan PDIP yang tidak mengundang Jokowi dalam Rakernas V.

Baca Selengkapnya

Video Kekerasan Beredar, Sean 'Diddy' Combs Akui Perbuatannya dan Minta Maaf

29 menit lalu

Video Kekerasan Beredar, Sean 'Diddy' Combs Akui Perbuatannya dan Minta Maaf

Sean 'Diddy' Combs meminta maaf atas perilakunya setelah video kekerasan beredar

Baca Selengkapnya

ICW Catat Sepanjang 2023 Ada 791 Kasus Korupsi, Meningkat Singnifikan 5 Tahun Terakhir

33 menit lalu

ICW Catat Sepanjang 2023 Ada 791 Kasus Korupsi, Meningkat Singnifikan 5 Tahun Terakhir

Pada 2023. ICW mencatat ada 791 kasus korupsi, 1.695 tersangka dan kerugian negara Rp 28,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Gibran Hadiri Seremoni Penutupan HUT Dewan Kerajinan Nasional: UMKM Dilibatkan, Ada Ojol sampai Perias

40 menit lalu

Gibran Hadiri Seremoni Penutupan HUT Dewan Kerajinan Nasional: UMKM Dilibatkan, Ada Ojol sampai Perias

Wali Kota Solo sekaligus Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara penutupan rangkaian puncak HUT ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam

Baca Selengkapnya