Keluarga Cendana, Putra Ari Sigit Nikahi Wanita Blasteran Amerika
Reporter
Tempo.co
Editor
Rini Kustiani
Sabtu, 19 Oktober 2019 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anggota keluarga Cendana menikah hari ini, Sabtu 19 Oktober 2019. Dia adalah Haryo Putra Wibowo, cicit Presiden RI Kedua Soeharto. Haryo Putra Wibowo adalah putra kedua Ari Sigit, anak dari Sigit Hardjojudanto dan Maya Firanti Noor.
Akad nikah Haryo Putra Wibowo atau biasa disapa Mas Putra dengan Della Putri Anjani Atkins, ini berlangsung di Hotel Crown Plaza, Jakarta, pada pukul 10.00. Della Putri Anjani Atkins adalah gadis keturunan Jawa - Amerika.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Sabtu, 19 Oktober 2019, Haryo Putra Wibowo dan Della Putri Anjani Atkins saling kenal sejak di bangku sekolah dasar di SD PSKD Mandiri. "Putra sebenarnya telah menaruh hati kepada Della, namun sama sekali tidak berani mengungkapkan," demikian tertera dalam keterangan tertulis itu.
Keduanya berpisah ketika Della duduk di bangku SMP. Dia pindah ke Amerika dan melanjutkan sekolah di sana. Adapun Putra melanjutkan sekolah di Jakarta dan kuliah di Australia. Setelah lulus dari APM University, College of Business and Communication, Brisbane, Australia, Putra lantas mengawali kariernya sebagai manager di Humpuss pada 2013. Humpuss merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Cendana.
Putra lantas membangun perusahaan sendiri dalam payung Hatra Grup yang mencakup bisnis perhotelan, properti, perkebunan, peternakan, minyak dan gas, pertambangan, senjata, hiburan, penerbangan, dan bisnis digital. Selain berbisnis, Putra mengandeng Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atatu PB HMI dalam mengembangkan budi daya lele dan sapi perah di Bogor.
Segala peristiwa tentang keluarga Cendana menarik perhatian publik karena terkait dengan Presiden Kedua RI, Soeharto. Nama keluarga Cendana melekat karena Soeharto tinggal di Jalan Cendana Nomor 8, Menteng, Jakarta Pusat.
Soeharto menjadi presiden RI selama 32 tahun dan dikenal dengan masa Orde Baru. Soeharto mundur dari jabaan Presiden pada 21 Mei 1998. Saat itu terjadi gelombang demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota di Indonesia dan berujung pada kerusuhan. Mahasiswa dan masyarakat menuntut reformasi sekaligus membongkar korupsi, kolusi, dan nepotisme yang diduga dilakukan Soeharto beserta kroninya.
Soeharto kemudian menjalani pemeriksaan terkait sejumlah yayasan yang didirikannya. Proses hukum ini tak kunjung rampung, kecuali perkara Yayasan Supersemar yang ditempuh melalui jalur perdata. Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008.
