Dewi Lestari: Sensasi Cerbung Ini Enggak akan Terulang Dua Kali

Reporter

Tempo.co

Editor

Aisha Shaidra

Jumat, 19 Januari 2018 12:04 WIB

Dewi Lestari (Dok. Pribadi)

TEMPO.CO, Jakarta -Dewi Lestari tak bisa lama-lama menjauhkan diri dari menulis. Pasca menuntaskan Supernova ke-6 Dewi Lestari ternyata sudah menyiapkan beberapa calon kisah baru untuk digarap. Ia cukup beristirahat sembilan bulan setelah menyelesaikan Inteligensi Embun Pagi (IEP) yang terbit Februari 2016.

Baca: Lewat Aroma Karsa, Dewi Lestari Angkat Tema yang Jarang Disentuh

Sejak menulis Supernova yang pertama, ide-ide cerita sudah banyak mengantre. Tapi ternyata dari sekian banyak ide yang ada justru pilihan jatuh ke si bontot Aroma Karsa. Dee—demikian ia akrab disapa—mulai melakukan riset sejak akhir 2016 proses itu beriring sembari menyusun ide ceritanya.

Sejak Kamis 18 Januari, kisah Aroma Karsa akhirnya sudah bisa dinikmati pembaca. Lewat satu cara unik: dijual dalam format cerita bersambung dalam versi digital. Hal ini tentu bisa bikin greget lantaran pembaca yang berlangganan harus bersabar menunggu satu demi satu kisah sampai ke tangan untuk dibaca setiap hari Senin dan Kamis dalam sepekan.

Beberapa waktu lalu, wartawan Tempo.co, Aisha Shaidra melakukan wawancara dengan Sang Ibu Suri—Dee biasanya dipanggil demikian oleh para penggemar karyanya—melalui surat elektronik soal Aroma Karsa. Berikut petikan wawancaranya:

Advertising
Advertising

Apakah tema yang diangkat kali ini sudah muncul sejak lama, atau memang ide baru yang hadir?

Aroma Karsa sebenarnya justru ide yang paling baru, tapi saya merasa dorongan terkuat justru untuk menulis Aroma Karsa terlebih dahulu. Idenya sudah mulai diinkubasi sejak 2015.

Apakah ada peristiwa atau mungkin orang yang menginspirasi pembuatan novel ini?

Pada dasarnya, yang menggerakkan saya menulis Aroma Karsa adalah tema aroma itu sendiri. Penciuman menurut saya adalah indra yang jarang digarap di fiksi, deskripsi penciuman juga kalah banyak dibandingkan deskripsi visual. Padahal indra penciuman itu paling kuat mendorong imajinasi. Akhirnya, saya berpikir untuk membuat cerita yang tema besarnya tentang aroma, tentang penciuman.

Boleh diceritakan seperti apa proses penelusuran dan penggalian ide novel terbaru ini?

Riset Aroma Karsa kebetulan memang melibatkan banyak bidang karena kebutuhan ceritanya demikian. Riset saya bergantung plot. Di Aroma Karsa, sesuai plotnya, saya perlu ke beberapa tempat yang menjadi kanvas penting dalam cerita, seperti pabrik kosmetik, Bantar Gebang, dan Gunung Lawu. Saya juga perlu referensi untuk berbagai profesi, seperti peracik parfum, pembalap, kolektor anggrek, dan lainnya. Saya butuh acuan sejarah untuk merancang legenda, untuk itu saya berkonsultasi dengan ahli epigrafi dan ahli Jawa Kuno dari UI. Untuk tempat yang saya tuliskan tapi sulit dikunjungi karena jarak seperti Grasse, Prancis, maka saya pakai riset pustaka atau video.

Kalau melihat update di Instagram, banyak hal dilakukan untuk penggarapan novel Aroma Karsa. Ada obsesi apa yang ingin dipenuhi?

Sebenarnya, proses penulisan Aroma Karsa tidak jauh berbeda dengan bagaimana menggarap buku-buku saya yang lain, termasuk Supernova. Hanya saja, pada Aroma Karsa saya memang meniatkan untuk mendokumentasi lebih rinci proses risetnya. Selama ini cara saya meriset menjadi hal yang paling sering ditanyakan oleh pembaca, mereka ingin tahu caranya, prosesnya bagaimana.

Berhubung buku-buku yang lalu saya sudah telat untuk mendokumentasi, di Aroma Karsa ini saya berusaha untuk selengkap mungkin mendokumentasikan. Ini juga jadi edukasi bagi publik tentang bagaimana profesi penulis dan bagaimana proses kreatif di balik sebuah tulisan.

Berapa lama proses penggalian bahan untuk melengkapi kebutuhan cerita novel ini?

Saya lakukan sambil berjalan menulis naskah. Kurang lebih setahun sambil menulis.

Hal apa yang ingin ditawarkan Dewi Lestari kepada pembaca lewat karya baru ini?

Tujuan saya ketika menulis sebetulnya satu saja, membuat cerita yang sememikat dan mengikat mungkin. Saya ingin pembaca bisa tenggelam dalam cerita, dalam karakter, sekaligus beroleh banyak info dan pengetahuan menarik. Tentu ini akan kembali ke selera masing-masing pembaca. Ada yang bakal suka dan tidak. Yang jelas, setiap karya, termasuk Aroma Karsa, saya rancang untuk mencapai tujuan tadi: memikat, mengikat, dan memperkaya. Itu juga yang saya kejar dalam pengalaman membaca buku lain. Selain itu, saya ingin menghadirkan tema aroma kepada pembaca, yang mana saya rasa agak jarang fiksi mengulas tema tersebut.

Apakah ada habit penulisan yang cukup berbeda (atau malah baru) yang dilakukan khusus untuk penulisan novel ini dari proses kreatif sebelumnya?

Untuk saya pribadi, saya merasa menulis Aroma Karsa ini menjadi penyegaran karena inilah novel stand-alone saya kedua setelah Perahu Kertas. Sepanjang enam buku Supernova saya bercerita dengan perspektif serial. Menulis kumpulan cerpen seperti Filosofi Kopi dan Madre juga rasanya berbeda. Belum lagi tema yang saya angkat di Aroma Karsa adalah tema yang bagi saya sendiri fresh dan menarik. Berbeda dengan Supernova yang karakter dan tempatnya di berbagai belahan dunia, Aroma Karsa ini Indonesia banget.

Hal apa yang paling sulit dihadapi saat melakukan riset dan proses penulisan novel Aroma Karsa?

Yang paling menantang bagi saya adalah mengkonstruksi cerita itu sendiri. Jalan ceritanya intricate, jadi saya harus benar-benar jeli menyusunnya. Meski tema besarnya aroma, banyak elemen dalam Aroma Karsa yang harus saya pelajari, mulai dari anggrek, dekomposisi, kimia, belum lagi setting cerita yang berbeda-beda.

Aroma Karsa, buku terbaru Dewi Lestari Versi Digital

Kenapa merilis versi digital lebih dulu dan diberikan dalam format bersambung?

Sejak kecil saya sangat menyukai format cerbung. Sampai sekarang saya juga penyuka serial, baik film, buku fiksi, dan komik. Mungkin karena itu juga saya jadi punya kecenderungan bikin sesuatu yang berseri, semisal Supernova dan Perahu Kertas (yang dulu juga terbit digital dan bersambung). Saya ingin kembali menghadirkan sensasi baca cerbung itu di pembaca. Hanya saja sulit mencari platform-nya sekarang karena medium orang membaca sudah jauh berubah dibandingkan dulu. Untuk itu, saya mencari platform yang memungkinkan untuk saya merilis naskah saya secara bersambung. Kebetulan, sebuah penerbit digital, Bookslife, memang membuat sistem penjualan bukunya secara “part”. Bagi saya itu jadi solusi.

Dan kenapa dirilis duluan?

Karena kalau sudah ada versi cetaknya, yang pastinya harus terbit sekaligus dan tidak bisa dicicil, maka tidak mungkin lagi membuat format cerbung. Jadi, memang harus terbit duluan yang versi digitalnya. Bagi saya ini juga bukan situasi “either or” yang mana pembaca harus memilih. Keduanya menghadirkan sensasi yang berbeda. Karena itulah saya dan penerbit, baik Bookslife untuk versi digital maupun Bentang Pustaka untuk versi cetak, berusaha membuat penawaran yang sebaik mungkin untuk pembaca yang hendak mengalami keduanya. Digital, meski nggak ada fisiknya, sensasi cerbung ini enggak akan terulang dua kali. Sementara versi cetak, tentu punya keunggulan tersendiri seperti booksigning, romantisme kertas, dan sebagainya.

Berita terkait

Jenis Buku yang Rentan Dibajak Menurut Dewi Lestari

25 Oktober 2023

Jenis Buku yang Rentan Dibajak Menurut Dewi Lestari

Dewi Lestari mengatakan buku fiksi paling banyak dibajak karena diminati dan sifat ceritanya yang ringan dan menghibur.

Baca Selengkapnya

Reza Gunawan Jadi Penyelamat Hidup BCL hingga Vidi Aldiano

7 September 2022

Reza Gunawan Jadi Penyelamat Hidup BCL hingga Vidi Aldiano

Sederet selebritas mengungkapkan kebaikan Reza Gunawan yang selalu membantu dan ada di sisi mereka saat melewati masa-masa sulit kehidupan.

Baca Selengkapnya

Reza Gunawan Meninggal, Dewi Lestari: Dia Berpulang Sebagaimana Keinginannya

7 September 2022

Reza Gunawan Meninggal, Dewi Lestari: Dia Berpulang Sebagaimana Keinginannya

Dewi Lestari mengungkapkan Reza Gunawan meninggal di rumah dalam keadaan tenang dan dikelilingi keluarga, sebagaimana keinginannya.

Baca Selengkapnya

Lepas Kepergian Sang Kakak Reza Gunawan, Sharena Delon Heran Ruangan Wangi Bunga

6 September 2022

Lepas Kepergian Sang Kakak Reza Gunawan, Sharena Delon Heran Ruangan Wangi Bunga

Sharena Delon mengaku mencium wangi bunga padahal tidak ada bunga di ruangan Reza Gunawan disemayamkan.

Baca Selengkapnya

Reza Gunawan Meninggal, Anak Dewi Lestari Pernah Tulis Pesan Menyentuh

6 September 2022

Reza Gunawan Meninggal, Anak Dewi Lestari Pernah Tulis Pesan Menyentuh

Anak sambung Reza Gunawan sempat mengungkapkan rasa sayangnya dan menyinggung soal menjaga orang-orang yang dicintai selagi masih ada waktu.

Baca Selengkapnya

Suami Dewi Lestari, Reza Gunawan Meninggal, Sempat Dirawat karena Stroke

6 September 2022

Suami Dewi Lestari, Reza Gunawan Meninggal, Sempat Dirawat karena Stroke

Beberapa hari sebelum Reza Gunawan meninggal, Dewi Lestari mengabarkan kondisi suaminya yang dirawat di rumah sakit lebih dari 1 bulan karena stroke.

Baca Selengkapnya

Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu, Buku Antologi Puisi Karya Didikan Dee Lestari

29 Maret 2022

Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu, Buku Antologi Puisi Karya Didikan Dee Lestari

Buku Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu berisi 117 puisi karya 40 penulis alumni Kelas Menulis Kaizen Dee Lestari.

Baca Selengkapnya

Kiat agar Anak Suka Membaca Buku Menurut Dee Lestari

10 Maret 2022

Kiat agar Anak Suka Membaca Buku Menurut Dee Lestari

Menurut Dee Lestari, menciptakan kebiasaan anak membaca buku harus dimulai dari orang tua.

Baca Selengkapnya

Nonton Ben & Jody, Dewi Lestari: Chemistry Bromance Terbaik

28 Januari 2022

Nonton Ben & Jody, Dewi Lestari: Chemistry Bromance Terbaik

Film Ben & Jody menuai beragam komentar dari sesama artis. Ini kata Dewi Lestari hingga Hanung Bramantyo.

Baca Selengkapnya

Umumkan Kehamilan Pertama, Faradilla Yoshi dan Bryan Mckenzie Ungkap Rasa Syukur

6 Oktober 2021

Umumkan Kehamilan Pertama, Faradilla Yoshi dan Bryan Mckenzie Ungkap Rasa Syukur

Faradilla Yoshi mengumumkan kehamilan pertamanya dengan mengunggah foto bersama Bryan Mckenzie sambil menunjukkan hasil test pack.

Baca Selengkapnya