TEMPO.CO, Yogyakarta - Patung Dirgantara atau yang dikenal dengan patung Pancoran merupakan karya Edhi Sunarso, yang menjadi tonggak untuk menjadi penanda kejayaan TNI Angkatan Udara pada zaman Presiden Sukarno.
"Itu merupakan suatu cita-cita Angkatan Udara, capailah cita-citamu setinggi langit," kata anak Edhi, Satya Rasa Sunarso, di rumah duka di Nganti, RT 02 RW 07, Jalan Cempaka Nomor 72, Sendangadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 5 Januari 2016.
Edhi meninggal dunia karena infeksi pernapasan akut yang pernah dideritanya. Ia mengembuskan napas terakhir di Jogja Internasional Hospital, Senin, 4 Januari 2016, pukul 22.53, pada usia 84 tahun. Ia meninggalkan lima anak dan sebelas cucu. Ia dirawat di rumah sakit itu sejak 31 Desember 2015.
Satya menambahkan, ayahnya merupakan seorang seniman pejuang. Ia juga menjadi veteran Republik Indonesia. Karena itu, pemakamannya dilakukan secara militer. "Upacara kemiliteran dilakukan di sini (rumah duka) dan di pemakaman," ujarnya.
Selain itu, ada permintaan dari Institut Seni Indonesia (ISI) supaya jenazah pria yang banyak membuat patung di berbagai daerah dan diorama di banyak museum ini disemayamkan di kampus. Sebab, ia merupakan guru besar dan dijuluki Empu Ageng. Ia dimakamkan di pemakaman khusus para seniman di Imogiri, Bantul. "Pihak ISI meminta supaya Bapak disemayamkan di kampus dan disalatkan," tuturnya.
Salah satu seniman Yogyakarta, Godod Sutejo, yang ikut melayat menyatakan sosok Edhi menjadi panutan para seniman. Mendiang pematung itu bisa bergaul dengan seniman tua hingga yang muda-muda. "Ia menjadi idola. Kenal dengan Presiden Sukarno yang dekat dengan seniman. Bayangkan, seniman bisa dekat dengan presiden saat itu, kan, sulit," ucapnya.
Ia mengaku umurnya jauh lebih muda dari Edhi, tapi mereka bisa akrab. Edhi tidak membeda-bedakan antara mahasiswa dan dosen, antara guru dan murid. “Umur saya 63 tahun, jauh di bawah beliau, tapi keakraban sangat terjalin,” kata Gogod.
Ia mengingat pesan Edhi: jika ingin berkarya, tidak usah memikirkan yang lain. Jika menuruti kemauan, pasti ada jalan. "Kerjalah semaksimal mungkin, pasti ada jalan," ujarnya.
MUH SYAIFULLAH