TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Teater Indonesia kembali memberikan anugerah FTI Award kepada tokoh teater Indonesia. Dramawan asal Surabaya, Akhudiat, dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi adalah dua orang yang diberi anugerah dalam penyelenggaraan kesepuluh FTI Award itu.
Akhudiat diberi penghargaan sebagai tokoh FTI 2015 atas kontribusinya pada dunia teater Tanah Air. "Akhudiat adalah tokoh senior terakhir yang perlu diapresiasi tinggi atas kontribusi pentingnya dalam sejarah dan pertumbuhan teater modern," kata Presiden FTI Radhar Panca Dahana di lokasi malam anugerah FTI, Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Senin, 28 Desember 2015.
Akhudiat, 69 tahun, adalah penulis naskah drama yang dikenal karena dialog dan pengadeganan yang kuat. Dia pernah berguru pada teater milik Arifin C. Noer. Karyanya yang berjudul Jaka Tarub dimuat dalam kompilasi seratus tahun drama Indonesia.
Sementara itu, Bupati Purwakarta mendapat anugerah Macaenas FTI 2015. Macaenas adalah penghargaan yang diberikan pada seluruh elemen masyarakat yang tak bekerja di bidang seni, tapi memberi sumbangan signifikan pada perkembangan kesenian.
Nama Dedi Mulyadi mencuat ketika menggelar perhelatan budaya paling spektakuler tahun ini di Purwakarta, Festival Budaya Dunia. Sebanyak 13 negara, seperti Thailand, India, Mesir, Afrika Selatan, Meksiko, Turki, dan Italia hadir di Purwakarta menampilkan keseniannya. Kegiatan ini melibatkan lebih dari seribu seniman dan budayawan dalam dan luar negeri. Dedi juga dikenal gencar mempromosikan budaya Sunda. Ia berpakaian ala Sunda yang menuai tudingan ia adalah pengikut agama lokal Sunda Wiwitan.
Kedua penerima penghargaan ini dipilih dewan juri, yang terdiri atas Ratna Riantiarno, Jajang C. Noer, Amoroso Katamsi, Slamet Rahardjo, dan Radhar Panca Dahana. Malam penghargaan juga diramaikan oleh seniman, tokoh teater, dan tokoh nasional.
Walau begitu, malam anugerah ini mendapat protes dari Front Pembela Islam (FPI). Sejak sore, puluhan massa FPI demo di depan TIM menolak pemberian penghargaan pada Dedi. Mereka menuding Dedi sebagai orang kafir dan tak menerima kedatangannya di Jakarta. Gara-gara insiden ini, Dedi batal menerima pengharggaan FTI Award.
Aksi ini dilakukan FPI sebagai balasan atas unjuk rasa serupa yang dilakukan massa di Purwakarta yang menolak kedatangan bos FPI, Rizieq Shihab, di sana, beberapa waktu lalu.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA