TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Sebanyak 10 tokoh Asia Tenggara bicara tentang seni dan budaya dalam lingkup kawasan. Pembicaraan itu digelar dalam program "KataKatha" selama empat hari, pada 12-15 November 2015. Program ini merupakan inisiatif seni dan budaya regional yang diluncurkan oleh Pusaka, organisasi kebudayaan Malaysia dan Maybank Foundation.
“Seniman-seniman dari Asia Tenggara kerap bertemu di Kanada, Jerman, dan negara-negara lain. Mengapa kita tidak mulai menggelar pertemuan untuk bicara tentang seni dan budaya dalam lingkup regional di wilayah kita sendiri,” kata Eddin Khoo, pendiri Pusaka, saat pembukaan acara ini di Grand Hyatt Kuala Lumpur, Kamis malam, 12 November 2015.
Baca Juga:
Sepuluh tokoh itu terdiri atas budayawan, pembuat film, seniman rupa, fotografer, sasatrawan, sejarawan, sampai penari. Kesepuluh tokoh itu adalah Goenawan Mohamad (Indonesia), Farish A. Noor (Malaysia), Agnes Arellano (Filipina), Anocha Suwichakornpong (Thailand), Geraldine Kang (Singapura), Nadiah Bamadhaj (Malaysia), Avianti Armand (Indonesia), Kanakan Balintagos (Filipina), Picihet Klunchun (Thailand), dan Lai Chee Kien (Singapura).
Menurut Khoo, pertemuan ini merupakan pendekatan untuk mengeksplorasi kehidupan kreatif di Asia Tenggara. Selama empat hari, pertemuan ini akan diisi public reading, pemutaran film, serta forum terbuka yang melibatkan masyarakat dan mahasiswa. Mahasiswa dari lima universitas, yaitu University of Malaya, University of Chulalongkorn, Universitas Gadjah Mada, University of Philippines, dan National University of Singapore, ikut serta dalam inisiatif ini.
Inisiatif ini akan dilanjutkan dengan pameran tiga bulan setelah pertemuan di Kuala Lumpur. Pameran itu akan menampilkan karya integrasi yang terinspirasi oleh pertemuan itu. Eddin Khoo akan menjadi kurator pameran tersebut. Dia juga akan meluncurkan film dokumenter dan publikasi tentang pertemuan tersebut.
AMANDRA M. MEGARANI