TEMPO.CO, Jakarta -Festival Film Indonesia tahun ini akan memberikan tribute atau penghormatan untuk Teguh Karya. “Tribute ini merupakan penghargaan pada tokoh ataupun karya yang memberikan atribusi pada dunia perfilman di Indonesia,” kata Ketua Panitia FFI 2015, Olga Lydia dalam jumpa pers di Sanggar Teater Populer, Tanah Abang, Jakarta, Rabu, 4 November 2015.
Menurut Olga, mulai tahun ini dan selanjutnya, penghargaan yang sama akan digelar. Pemberian penghargaan pada Teguh Karya tahun ini akan memiliki sesi khusus untuk sang maestro dalam gelaran FFI 2015 sepanjang 21-24 November 2015. “Teguh Karya lahir di Pandeglang, Banten, provinsi yang menjadi tuan rumah FFI 2015. Sayang, banyak generasi muda di Banten yang justru tidak kenal dengan Teguh Karya. ”
Pemilihan Teguh Karya sebagai Tribute, dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebelum Olga menjadi Ketua FFI. Menurut aktor Slamet Rahardjo, penerus sekaligus pengelola Sanggar Teater Populer setelah Teguh Karya berpulang, dia dihubungi Ketua Badan Perfilman Indonesia tentang hal ini. “Saya tentunya bangga Teguh Karya menjadi ikon FFI 2015. Hampir tak ada yang cacat dalam karyanya. Banyak yang saya pelajari dari beliau,” kata aktor yang besar karena film-film Teguh Karya itu.
Teguh Karya lahir dengan nama Steve Lim Tjoan Hok pada 22 September 1937. Sebagai seniman, dia dikenal sebagai sosok yang perfeksionis dan keras. Dia tidak hanya mengarahkan aktor dan aktris tetapi juga menangani detail set panggung, make-up, kostum, dan manajemen pertunjukan secara menyeluruh. Kebiasaan inilah yang kelak menjadikan karya-karyanya berkualitas.
Film pertamanya, Wajah Seorang Laki-Laki (1971) kurang mendapat perhatian dalam FFI 1972. Namun lewat Cinta Pertama (1974), Ranjang Pengantin (1975), November 1928 (1979), Ibunda (1983), Di Balik Kelambu (1986) dan Pacar Ketinggalan Kereta (1989), dia memperoleh piala citra sebagai sutradara terbaik.
AMANDRA MEGARANI